AGAMA SEBAGAI SISTEM KEERATAN SOSIAL

AGAMA SEBAGAI SISTEM KEERATAN SOSIAL

Agama merupakan hal yang sakral bila diperbincangkan karena agama adalah salah satu hak private manusia, setiap warga Indonesia berhak memilih agama apapun yang ia inginkan tanpa harus adanya intervensi dari luar. Agama pada hakikatnya adalah sebuah ajaran untuk menuntun manusia ke jalan yang lebih baik lagi. Hampir semua agama pasti menjanjikan  perdamaian, surga, kenikmatan, dan hal-hal baik lainnya. Dan berlomba-lomba untuk menunjukan bahwa kami yang terbaik dan acap kali saling menjatuhkan antara satu sama lain.
Peranan agama, sejak zaman Bung Karno, dahulu sering dikatakan sebagai sesuatu yang sangat penting didalam Nation and Character Building. Yah agama memang sesuatu yang penting dalam bangsa dan karakter bangsa jika tidak ada agama mungkin bangsa ini akan kacau karena tidak adanya batasan-batasan yang diciptakan oleh agama itu sendiri.
Namun saat ini konteks teologis (kebenaran mutlak dari Tuhan) tidak pernah berkembang dengan sendirinya. Kepentingan sosial ekonomi, dan politik selalu menyertai pemikiran teologis yang berkembang di masyarakat. Kemudian timbulah beberapa pertanyaan yang menyertai agama itu. Yakni,
1.   Mengapa ada agama?
2.   Kenapa manusia percaya akan adanya dewata atau Tuhan?
3.   Dari mana agama dan bagaimana masa depannya?
Marx sebagai seorang filsuf terkenal juga ikut berpendapat tentang agama yakni, “Kesukaran agamis pada saat yang sama adalah ungkapan kesukaran yang nyata dan juga protes terhadap kesukaran yang nyata. Agama adalah desahan mahluk yang tertindas, hati dari dunia yang tidak punya hati, sebagaimana agama adalah semangat bagi kondisi-kondisi yang tidak punya semangat. Agama adalah candu bagi masyarakat (Marx, 1843/1970)
Marx percaya bahwa agama, seperti semua ideologi, mencerminkan suatu kebenaran tetapi kebenaran itu terbalik. Karena orang tidak dapat melihat bahwa kesukaran dan penindasan mereka dihasilkan oleh sistem kapitalis, kesukaran dan penindasan mereka diberi suatu bentuk agamis. Marx mengatakan dengan jelas bahwa dia tidak menentang agama dalam dirinya sendiri, tetapi menentang suatu sistem yang menghendaki ilusi-ilusi dari agama.
Namun ada yang berpendapat sedikit bersebrangan dengan Marx walau beliau juga tokoh kiri Asghar Ali Engineer mengatakan, agama tidak boleh berhenti pada urusan akhirat atau duniawi saja, tetapi harus dapat menjaga relevansinya. Historis dan kontemprerisitas agama di satu pihak, serta urusan akhirat dan duniawi dipihak lain, harus disatukan sehingga menjadi sebuah agama yang hidup dan dinamis. Asghar sangat kecewa melihat agama yang hanya berupa segenggam ritual yang tidak memiliki ruh, tidak menyentuh kepentingan kaum tertindas dan para pekerja kasar, serta hanya menjadi latihan intelektual dan metafisik ataupun mistik yang abstrak bagi kalangan kelas menengah. Agar tidak melanggar kemapanan (sesuatu yang Normative yang ada di masyarakat), ritual yang tidak memiliki ruh keagamaan dan juga abstraksi metafisik ini harus disingkirkan dari agama. Agama harus dijadikan sumber motivasi bagi kaum tertindas untuk mengubah keadaan mereka dan menjadi kekuatan spiritual untuk mengkomunikasikan dirinya secara signifikan dengan memahami berbagai aspek spiritual yang lebih tinggi dari realitas ini (Listiyono Santoso, 2015:305)
Oke sekarang kita masuk ke kasus Ahok yang katanya menghina AL-Qur’an surah AL-Maidah ayat 51. Sepakat kalau dia menghina? Kata-katanya yang menyulut konflik kurang lebih kayak gini “jangan mau dibodohi pakai surah AL-Maidah”. Gimana? Apa kata-kata itu kalian anggap menistakan agama? Banyak yang bilang iya dan juga tidak. Tapi manapun yang jangan sampai jadi sumber konflik baru, apalagi sampai “mengkafirkan” orang.
       Karena menurut Asghar “agama mesti dilepaskan dari aspek-aspek teologis yang bersifat filosofis ini menjadi bagian utama dari agama yang justru mendukung kelompok penindas, jika agama masih dianggap sebagai kebaikan dan berdiri sepihak dengan revolusi, kemajuan, dan perubahan”. Sangat terlihat kritik yang diungkapkapkan Asghar ada pada kasus Ahok saat ini. Yang dimana agama menjadi sebuah alat untuk menindas orang.
Karena agama ini berkaitan dengan sebuah doktrin. Doktrin ini bisa menjadi suatu hegemoni, yang dimana hegemoni ini merajuk pada pengertian tentang situasi sosial politik yang didalam terminologi Gramsci disebut “momen”, dimana filsafat dan praktik sosial menyatu dalam keadaan seimbang. Dominasi merupakan konsep dari realitas yang menyebar melalui masyarakat dalam sebuah lembaga dan manifestasi perorangan. Pengaruh dari spirit ini berbentuk moralitas, adat, religi, prinsip, politik dan semua relasi sosial, terutama dari intelektual. Hegomoni selalu berhubungan dengan penyusunan kekuatan negara sebagai kelas diktator. (Nezar Patria dan Andi Arif, 1999: 121)
Kalau kata Durkheim sih kira-kira agama tuh kayak gini “agama dapat mengantarkan para induvidu anggota masyarakat menjadi makhluk sosial. Agama melestarikan masyarakat, memeliharanya dihadapan manusia dalam arti memberi nilai bagi manusia, menanamkan sifat dasar manusia untuknya. Di dalam ritus pemujaan, masyarakat mengukuhkan kembali dirinya dalam pembuatan simbolik yang menampakkan sikapnya, yang dengan itu memperkuat masyarakat itu sendiri. Sementara itu, ritus itu sendiri merupakan sarana bagi kelempok sosial untuk secara priodik mengukuhkan kembali dirinya.(Swain, 1954).
            Agama harusnya menjadi sebuah alat untuk keeratan sosial, bukan justru malah konflik. Ego ngerasa paling benar harusnya agak diredam. Karena semua agama mengajarkan bagaimana hubungan antar manusia dengan Tuhan, dan bagaimana hubungan manusia dengan manusia lainnya yang nyatanya damai dan memiliki kebenarannya masing-masing.
            Seperti kasus saat ini yakni terhadap Ahok yang membahas salah satu surat kajian di AL-Qur’an, tetapi kok kita baru saja tergerak ketika menghadapi situasi politis ini terhadap agama yang kita anut?
Mungkin kini agama menjadi salah satu produk kepentingan golongan yang dijadikan embel-embel kepentingan semata, agar terciptanya dominasi dan mayoritas yang meminggirkan minoritas.

LANTAS BAGAIAMANA DENGAN SALAH SATU POINT IDEOLOGI NEGARA KITA YAITU PANCASILA??
KEADILAN BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA??



Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ANAK TUNANETRA

NILAI RUJUKAN KURIKULUM

SIMULASI MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DAN KREATIF