SIMULASI MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DAN KREATIF
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut
MKDP (2012: 146) di dalam kata pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar
siswa melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber
belajar agar terjadi proses belajar. Dengan definisi seperti ini, kata
pengajaran lingkupnya lebih sempit dibanding kata pembelajaran.
Pembelajaran
pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses
belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang
diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena
merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu
sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain.
Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan
individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah
kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi
paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian metode simulasi ?
2. Apa
pengertian model pembelajaran inovatif dan kreatif ?
3. Apa
saja langkah-langkah model pembelajaran inovatif dan kreatif ?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian metode simulasi
2. Untuk
mengetahui pengertian model pembelajaran inovatif dan kreatif
3. Untuk
mengetahui langkah-langkah model pembelajaran inovatif dan kreatif
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Ada beberapa definisi model
pembelajaran dari beberapa para ahli :
a. Menurut
Slavin (2010), model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu pendekatan
pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem
pengelolaanya.
b. menurut
Trianto (2009) model pembelajaran merupakan pendekatan yang luas dan menyeluruh
serta dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola
urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya.
c. Model
pembelajaran yang baik digunakan sebagai acuan perencanaan dalam pembelajaran
di kelas ataupun tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
yang sesuai dengan dengan bahan ajar yang diajarkan (Trianto, 2011)
d. Menurut
Richard I Arends, menurutnya model pembelajaran lebih mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya terdapat tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-taha dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran
dan pengelolaan kelas.
Jadi
menurut definisi-definisi diata dapat disimpulkan model pembelajaran adalah
suatau acuan pedekatan dan alat perencanaan untuk tercapainya suatu tujuan
belajar.
2.2
Kriteria Model Pembelajaran
Kriteria
model pembelajaran yang dikatakan baik, jika sesuai dengan kriteria adalah
sebagai berikut : Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua
hal, yaitu : apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis
yang kuat dan apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis, aspek
kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa
apa yang dapat dikembangakan dapat diterapkan dan kenyataan menunjukkan bahwa
apa yang dikembangkan tetrsebut dapat diterapkan. Ketiga, efektif, berkaitan
dengan aspek efektifitas sebagai berikut: ahli dan praktisi berdasarkan
pengalamnnnya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan secara operasional
model tersebut memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan (Trianto,
2013).
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Pengertian Metode Simulasi
Simulasi
adalah metode pembelajaran yang menyajikan pelajaran dengan menggunakan situasi
atau proses nyata, dengan peserta didik terlibat aktif dalam berinteraksi
dengan situasi di lingkungannya. Peserta didik mengaplikasikan pengetahuannya
yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini berguna untuk untuk
memberikan respons (membuat keputusan atau melakukan tindakan) untuk mengatasi
masalah /situasi dan menerima umpan balik tentang respons
tersebut (Rheba de dan Martha A. Thompson, 1987).
Menurut
Pusat Bahasa Depdiknas (2005) simulasi adalah satu metode pelatihan yang
memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan (imakan) yang mirip dengan keadaan
yang sesungguhnya; simulasi: penggambaran suatu sistem atau proses dengan
peragaan memakai model statistic atau pemeran.
Menurut
Udin Syaefudin Sa’ud (2005: 129) simulasi adalah sebuah replikasi atau
visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan
pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan
bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang
menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan
keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa
dimodifikasi secara nyata.
Menurut
Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.22) metode simulasi merupakan salah satu metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses
pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda
atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat
pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di
sekolah dasar.
3.2 Pengertian Model Pembelajaran
Inovatif dan Kreatif
Pembelajaran
inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning
is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa
sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di
kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan,
keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun
metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya
mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap
ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan
dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan
penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal
tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan
otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya
membangun rasa percaya diri siswa.
Kreatif
dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana
belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”)
tinggi.
1.
Pembelajaran
Inovatif
Pembelajaran
inovatif juga merupakan strategi pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar.
Maksud inovatif disini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal
yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi juga oleh
siswa yang sedang belajar. Dalam strategi pembelajaran yang inovatif ini, guru
tidak saja tergantung dari materi pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat
mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat cocok dan relevan
dengan masalah yang sedang dipelajari siswa. Demikian pula siswa, melalui
aktivitas belajar yang dibangun melalui strategi ini, siswa dapat menemukan
caranya sendiri untuk memperdalam hal-hal yang sedang dia pelajari.
Pembelajaran
yang inovatif bagi guru dapat digunakan untuk menerapkan temuan-temuan terbaru
dalam pembelajaran, terlebih lagi jika temuan itu merupakan temuan guru yang
pernah ditemukan dalam penelitian tindakan kelas atau sejumlah pengalaman yang
telah ditemukan selama menjadi guru. Melalui pembelajaran yang inovatif ini,
siswa tidak akan buta tentang teknologi dan mereka bisa mengikuti perkembangan
teknologi yang ada sekarang ini. Dengan demikian pembelajaran diwarnai oleh
hal-hal baru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.(Uno, 2012:
11).
2.
Pembelajaran
Kreatif
Pembelajaran
kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat
memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung,
dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja
kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah.
Pembelajaran
kreatif menuntut guru untuk merangsang kreativitas siswa, baik dalam
mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan.
Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni
menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki
sesuatu.Berpikir kritis harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar siswa
terbiasa mengembangkan kreativitasnya. Pada umumnya, berpikir kreatif memiliki
empat tahapan sebagai berikut, yaitu:
·
Tahapan pertama; persiapan, yaitu proses
pengumpulan informasi untuk diuji.
·
Tahap kedua; inkubasi, yaitu suatu
rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh
keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional.
·
Tahap ketiga; iluminasi, yaitu
suatu kondisi untuk menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat
dan rasional.
·
Tahap keempat; verifikasi, yaitu
pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah rekomendasi, konsep, atau
teori.
Siswa
dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah
kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya
dalam bentuk sebuah hasil karya baru. (Mulyasa, 2006: 192)
3.3
Langkah-langkah Pembelajaran Inovatif dan Kreatif
Sebagai
tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan Pembelajaran inovatif dan
kreatif perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga
memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP, kegiatan
pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar, beban belajarnya
dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran tingkat
SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40 menit, dan untuk SD terdiri
dari 35 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak
Terstruktur. Dalam hal ini guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap
muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
a) Kegiatan
Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan
strategi bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang
digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi
kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen,
observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab,
atau simulasi. Tapi jika sudah ada sekolah yang menerapkan sistem SKS, maka
kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun
demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan strategi diskoveri inkuiri.
Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas,
tanya jawab, atau demonstrasi.
b) Kegiatan
Tugas terstruktur
Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket,
kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun
dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri
inkuiri. Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau
proyek. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang
mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai
fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri
inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan
seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi,
eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet,
atau simulasi.
c) Kegiatan
Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan
mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh
guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan
metode seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.
Pembelajaran
aktif, inovatif, kreatif dan menyenakngkan dapat diterapkan pada pembelajaran
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai
salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan
transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara
maksimal.
Pemilihan
strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
1) karakteristik
peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
2) sumber
referensi terbatas
3) jumlah
pesera didik dalam kelas banyak;
4) alokasi
waktu terbatas; dan
5) jumlah
materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan
banyak. (Tim Pengembang MKDP, 2012; 24).
BAB
IV
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
Simulasi
model pembelajaran inovatif dan kreatif merupakan pembelajaran yang
memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan
keterampilan, sikap dan pemahaman dengan mengutamakan belajar sambil bekerja,
guru menggunakan berbagai sumber belajar dan alat bantu termasuk pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar agar pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan
efektif. Pembelajaran inovatif
juga merupakan strategi pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar. Maksud
inovatif disini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal yang
baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi juga oleh siswa
yang sedang belajar. Kreatif juga
dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
4.2 Saran
Penulis
menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan ejaan,
metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang masih kurang
adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan kritik
membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ø http://mukayahaya.blogspot.co.id/2016/02/makalah-metode-simulasi.html
Ø http://desirachmawati79.blogspot.co.id/2014/05/model-pembelajaran-paikem.html
Ø http://ingaedukasia.blogspot.co.id/2013/04/paikem.html
Ø https://www.seputarpengetahuan.com/2016/02/5-pengertian-model-pembelajaran-menurut-para-ahli.html
Ø http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-smodel-pembelajaran-definisi.html
Komentar
Posting Komentar