KARAKTERISTIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS YANG MENGALAMI KETERLAMBATAN BAHASA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perkembangan
bahasa anak merupakan langkah penting dalam perkembangan kemampuannya untuk
belajar dan berpikir. Ketika seorang anak memasuki usia sekolah, ia harus mampu
memahami orang lain dan mengekspresikan dirinya sendiri agar mampu
menyelesaikan tugas-tugas baru seperti membaca dan menulis. Ini terjadi karena
belajar membaca dan menulis dimulai lewat ujaran lisan. Anak-anak belajar untuk
menyusun dan memfokuskan pikirannya dengan berbicara tentang dirinya sendiri
dan pengalaman-pengalamannya.
Anak-anak
yang memiliki keterlambatan dalam belajar berbicara dan memahami bahasa
berkemungkinan akan lambat dalam mempelajari bagaimana huruf merepresentasikan
sebuah bunyi, dan kesulitan dalam memahami apa yang mereka baca (Menyuk dkk.
1991).
Untuk
itu dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai karakteristik anak
berkebutuhan khusus yang mengalami keterlambatan bahasa.
1.2
Rumusan
Masalah
·
Apa pentingnya bahasa untuk anak
berkebutuhan khusus?
·
Apa karakteristik keterlambatan bahasa
yang dialami anak berkebutuhan khusus?
1.3
Tujuan
·
Membantu mahasiswa untuk mengetahui
seberapa pentingnya bahasa untuk anak berkebutuhan khusus.
·
Mengetahui karakteristik keterlambatan
bahasa yang dialami anak berkebutuhan khusus.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Definisi Bahasa
Bahasa
sebagai sarana komunikasi batasan atau pengertian bahasa adalah sarana
komunikasi antar anggota masyarakat dalam menyampaikan ide dan perasaan ssecara
lisan atau tulis. Konsepsi bahasa menunjukan bahwa sistem lambang bunyi ujaran
dan lambang tulisan di gunakan untuk berkomunikasi dalam masyarakat dan
lingkungan akademik. Bahasa yang baik di kembangkan oleh pemakainya berdasarkan
kaidah-kaidahnya yang tertata dalam suatu sistem. Kaidah bahasa dalam sistem
tersebut mencakup beberapa hal:
1. Sistem
lambang yang bermakna dapat di pahami dengan baik oleh masyarakat.
2. Berdasarkan
kesepakatan masyarakat pemakainya, sistem bahasa itu bersivat konvensional.
3. Lambang
sebagai huruf (fonemis) bersifat manasuka atau kesepakatan pemakainya
(arbitrer).
4. Sistem
lambang yang terbatas itu (a-z): 26 huruf mampu menghasilkan kata, bentukan
kata, frasa, klausa, dan kalimat yang tidak terbatas dan sangat produktif.
5. Sistem
lambang itu (fonemis) tidak sama dengan sistem lambang bahasa lain seperti
sistem labang bahasa jepang.
6. Sistem
lambang bahasa itu di bentuk berdasarkan aturan yang bersifat universal
sehingga dapat sama dengan sistem lambang bahasa lain. Unsur dalam sistem
lambang menunjukkan bahwa bahasa bersifat unik, khas, dan dapat di pahami
masyarakat.
2.2 Perkembangan
Bahasa Pada Anak
Perkembangan
bahasa dialami oleh anak melalui tahapan-tahapan tertentu. Tahapan tersebut
dijabarkan Laura.E Berk (2003) sebagai berikut:
a. Perkembangan
prelinguistic (prelinguistic development)
b. Perkembangan
fonologis (phonological development)
c. Perkembangan
semantic (semantic development)
d. Perkembangan
grammatical (grammatical development)
e. Perkembangan
pragmatic (pragmatic development)
f.
Developmental
of metalinguistic awareness
2.3 Definisi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak
berkebutuhan khusus (heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dari anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidak mental, emosi atau fisik.
Anak
berkebutuhan khusus (special need cildren) dapat di artikan sebagai anak yang
lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak akanpernah berhasil
di sekolah sebagaimana anak pada umunya. Anak berkebutuhan khusus ABK juga
dapat di artikan sebagai anak yang mengalami gangguan fisik, mental, intelegensi,
dan emosi sehingga membutuhkan pembelajaran secara khusus.
2.4 Hubungan
Bahasa dengan Anak Berkebutuhan Khusus
Bahasa
alat komunikasi sedangkan komunikasi merupakan proses dimana individu bertukar
informasi dan menyampaikan pikiran serta perasaan, dimana ada pengirim pesan
yang mengkodekan atau memformulasikan pesan dan penerima mengkodekan pesan atau
memahami pesan. Bahasa sebagai alat berkomunikasi yakni untuk mempermudah pesan
yang disampaikan dan dipahami. (berstein dan tiegerman), 1993; Halahan, 1991.)
Pada
anak berkebutuhan khusus, dampak dari keterbatasan mereka banyak ditemukan juga
mempengaruhi perkembangan bahasa dan akhirnya mengarah pada hambatan maupun
gangguan bahasa.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Keterlambatan
Bahasa pada Anak Tunanetra
Pada umumnya, para
ahli berpendapat bahwa kehilangan penglihatan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kemampuan memahami dan menggunakan bahasa. Mereka mengacu
kepada banyak studi yang menunjukkan bahwa anak tunanetra tidak berbeda dengan
anak pada umumnya dalam tes intelegensi verbal. Mereka juga mengemukakan bahwa
berbagai studi yang membandingkan anak tunanetra dengan anak pada umumnya tidak
menemukan perbedaan dalam aspek-aspek utama perkembangan bahasa. (McGinnis,
1981; Matsuda, 1984 dalam Hallahan dan Kauffman, 1991:308).
Akan
tetapi, perkembangan dini bahasa anak tunanetra cenderung terlambat dikarenakan
kurangnya pengalaman visual mereka. Misalnya,penggunaan bahasa anak pada
umumnya lebih banyak mengacu kepada
aktivitas yang melibatkan orang lain dan obyek-obyek di dalam lingkungannya
sedangkan bahasa anak tunanetra cenderung lebih berpusat pada diri sendiri
(self-centered).
Elstner
(1983 dalam Mason & McCall, 1999:26) berpendapat bahwa penyebab
keterlambatan bahasa anak tunanetra berasal dari ketidakmampuannya untuk
mengamati hakikat peistiwa visual dan auditer secara berbarengan. Akibatnya,
anak tunanetra kehilangan stimuli yang berharga untuk berbicara, dan kehilangan
kesempatan untuk berkomunikasi.
3.2
Keterlambatan Bahasa Pada Anak
Tunarungu
Bentuk
mimik peserta didik tunarungu berbeda dengan anak-anak pada umumnya, karena
mereka tidak pernah mendengar atau mempergunakan salah satu panca inderanya
terutama telinga dan mulut. Oleh sebab itu, mereka tidak terlalu paham dengan
apa yang dikatakan oleh oranglain.
Perilaku
yang muncul terhadap peserta didik tunarungu disekolah secara dominan berkaitan
dengan hambatan dalam perkembangan bahasa dan komunikasi (Gregory, S. Et al,
1998: 47-57). Ciri-ciri umum antara lain sebagai berikut.
a. Kurang
memperhatikan saat guru memberikan pelajaran dikelas.
b. Selalu
memiringkan kepalanya, sebagai upaya untuk berganti posisi telinga terhadap
sumber bunyi, seringkali ia meminta pengulangan penjelasan guru saat dikelas.
c. Mempunyai
kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan.
d. Keengganan
untuk berpartisipasi secara oral, mereka berkesulitan untuk berpartisipasi
secara oral dimungkinkan karena hambatan pendengarannya.
e. Adanya
ketergantungan terhadap petunjuk atau instruksi saat dikelas.
f. Mengalami
hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara.
g. Perkembangan
intelektual peserta didik tunarungu terganggu.
h. Mempunyai
kemampuan akademik yang rendah, khususnya dalam membaca.
(Hallahan
dan Kauffman, 1991: 232-274; Gearheart & Weishan, 1976: 33-45; Kirk &
Gallagher, 1989: 300-305).
Menurut
Smith (2009, hal. 283), terdapat tiga dasar pendekatan pengajaran alternatif
bagi siswa dengan penyandang tunarungu, yaitu metode manual, metode oral dan
metode komunikasi total.
Metode Manual
Metode
manual terdiri dari dua komponen dasar, yaitu bahasa isyarat (sign
language) dan abjad jari (finger spelling)
.
a. Bahasa Isyarat
Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia yang dibakukan merupakan salah satu media yang
membantu komunikasi sesama tunarungu dan tunawicara ataupun
komunikasi tunarungu dan tunawicara di dalam masyarakat yang lebih luas.
Wujudnya adalah tatanan yang sistematis bagi seperangkat isyarat jari, tangan,
dan berbagai gerak untuk melambangkan kosa kata bahasa Indonesia.
b. Abjad Jari
Secara
harfiah, abjad jari merupakan usaha untuk menggambarkan alpabet secara manual
dengan menggunakan satu tangan. Abjad jari adalah isyarat yang dibentuk
dengan jari-jari tangan (tangan kanan atau tangan kiri) untuk mengeja huruf
atau angka. Bentuk isyarat bagi huruf dan angka di dalam SIBI serupa dengan International
Manual Alphabet. Abjad jari digunakan untuk mengisyaratkan nama diri,
mengisyaratkan singkatan atau akromin, dan mengisyaratkan kata yang belum ada
isyaratnya.
Metode Oral
Pendekatan
oral menekankan pada pembimbingan ucapan dan pembacaan ucapan. Para pendidik
kebutuhan khusus yang setuju dengan metode ini memandang bahwa ketergantungan
pada bahasa isyarat dan abjad jari membuat penyandang tunarungu semakin
kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Metode oral membantu anak
tunarungu untuk lebih memahami ucapan orang lain. Anak
tunarungu akan dilatih untuk memperhatikan gerak bibir, posisi bibir,
serta gigi agar dapat memahami apa yang sedang diucapkan. Penyandang tunarungu
juga diajari cara membaca isyarat-isyarat seperti ekspresi wajah yang
akan memudahkan mereka dalam berkomunikasi.
Metode Komunikasi Total
Metode
komunikasi total ada penggabungan kedua metode sebelumnya. Komunikasi
total memuat spektrum model bahasa yang lengkap, membedakan
gerakan/ mimik tubuh anak, bahasa isyarat yang formal, belajar
berbicara, membaca ucapan, abjad jari, serta belajar membaca dan menulis.
Dengan komunikasi total, anak tunarungu dan tunawicara memiliki kesempatan
untuk mengembangkan dirinya.
3.3 Keterlambatan Bahasa Pada Anak Tunagrahita
Anak
tunagrahita yang mengalami gangguan bahasa lebih banyak dibandingkan dengan
yang mengalami gangguan bicara (Rochyadi, 2005:23). Hasil penelitian Robert
Ingall (Rochyadi, 2005) tentang kemampuan berbahasa anak tunagrahita dengan
menggunakan ITPA (Illionis Test of Psycholinguistic Abilities),
menunjukkan bahwa:
1) anak tunagrahita memperoleh
keterampilan berbahasa pada dasarnya sama seperti anak normal,
2) kecepatan anak tunagrahita dalam
memperoleh keterampilan berbahasa jauh lebih rendah dari pada anak normal,
3) kebanyakan anak tunagrahita
tidak dapat mencapai keterampilan bahasa yang sempurna,
4) perkembangan bahasa anak
tunagrahita sangat terlambat dibandingkan dengan anak pada umumnya,
5) anak tunagrahita mengalami
kesulitan tertentu dalam menguasai gramatikal,
6) bahasa tunagrahita bersifat
kongkrit,
7) anak tunagrahita tidak dapat
dapat menggunakan kalimat majemuk. Ia akan banyak menggunakan kalimat tunggal.
McLean
dan Synder (Sunardi dan Sunaryo, 2006:191) menemukan bahwa anak tunagrahita cenderung
mengalami kesulitan dalam keterampilan berbahasa, meliputi morfologi,
sintaksis, dan semantic. Dalam hal semantic mereka cenderung kesulitan dalam
menggunakan kata benda, sinonim, penggunaan kata sifat, dan dalam
pengelompokkan hubungan antara obyek dengan ruang, waktu, kualitas, dan
kuantitas.
Senada
dengan hal di atas, Sutjihati (Sunardi dan Sunaryo, 2006) menjelaskan bahwa
anak tunagrahita disamping dalam komunikasi sehari-hari cenderung menggunakan
kalimat tunggal, pada mereka umumnya juga mengalami gangguan dalam artikulasi,
kualitas suara, dan ritme, serta mengalami kelambatan dalam perkembangan
bicara.
3.4 Keterlambatan Bahasa Pada Anak Tunadaksa
Pada
anak jenis polio perkembangan bahasa tidak begitu berbeda dengan anak pada
umumnya. Sedangkan pada anak cerebral palcy terjadi gangguan bicara
karena ketidakmampuan dalam koordinasi motorik organ bicara karena kelainan
system neuromotor.Akibatnya sulit mengungkapkan pikiran dan keinginan serta
kehendaknya.Mereka mudah tersinggung merasa terasing dari keluarga dan
teman-temannya.
3.5 Keterlambatan Bahasa Pada Anak Tunalaras
pada umumnya, kebanyakan anak
tunalaras tidak memiliki hambatan bahasa seperti katrakteristik lainnya, hanya
saja gangguan bahasa yang mereka alami sekedar dari salah persepsi atau
perbedaan arti dan maksud dari sebuah kata maupun kalimat yang diucapkan oleh
orang lain.
3.6 Keterlambatan Bahasa Pada Anak Autis
Wing
( 1974) menuliskan 2 kelompok besar yang menjadi masalah pada anak
autis yaitu:
1.
Masalah dalam memahami lingkungan (
problem in understanding the world)
2. Masalah
gangguan perilaku dan emosi ( difficult behaviour and emotional problems).
Anak
autis cenderung mengabaikan suara yang
sangat keras dan tidak tergerak sekalipun ada yang menjatuhkan benda
disampingnya. Anak autis dapat juga tertarik pada beberapa suara benda seperti
suara bel, tetapi ada anak autis yang terganggu oleh suara-suara tertentu,
sehingga ia akan menutup telinganya.
Anak
autis sulit dalam memahami pembicaraan (difficulties in understanding speech).
Anak autis tampak tidak menyadari bahwa pembicaran memiliki makna, tidak
dapat mengikuti instruksi verbal, mendengar peringatan atau paham apabila
dirinya dimarahi (scolded). Menjelang usia 5 tahun banyak autis yang
mengalami keterbatasan dalam memahami pembicaraan.
Mereka
memiliki kesulitan ketika bercakap-cakap (difficulties when talking). Beberapa
anak autis tidak pernah berbicara, beberapa anak autis belajar untuk mengatakan
sedikit kata-kata, biasanya mereka mengulang kata-kata yang diucapkan orang
lain, mereka mengalami kesulitan dalam mempergunakan kata sambung, tidak dapat
menggunakan kata – kata secara fleksibel atau mengungkapkan ide.
Anak
autis juga mengalami kelemahan dalam pengucapan dan control suara (poor pronunciation
and voice control). Beberapa anak autis memiliki kesulitan dalam membedakan
suara tertentu yang mereka dengar. Mereka kebingungan dengan kata-kata yang
hampir sama, memiliki kesulitan untuk mengucapkan kata-kata yang
sulit. Mereka biasanya mengalami kesulitan dalam mengontrol kekerasan (
loudness) suara.
3.7 Keterlambatan Bahasa Pada Anak Cerdas Istimewa Berbakat
Istimewa
Anak gifted
biasanya memiliki problem dalam membina hubungan dengan teman. Karena
kecerdasannya yang tinggi dan kemampuan berpikir yang bagus, sehingga tidak
jarang teman sebayanya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan mengimbangi
pembicaraan dengan anak ini.
Anak
gifted memiliki kemampuan reseptif sangat baik namun tertinggaldalam kemampuan
ekspresif, sehingga ia mengalami keterlambatan bicaradan pada saat itu ia lebih
berbahasa pasif.
3.8 Keterlambatan Bahasa Pada Anak Berkesulitan Belajar
Dalam masa
perkembangan terjadi keterlambatan persepsi dari segi memahami bahasa terutama
bahasa reseptif yaitu kemampuan untuk memahami apa yang kita dengar dan kita
lihat.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Bahasa merupakan
komponen penting dalam kehidupan setiap manusia. Bahasa juga sebagai alat
komunikasi yang muhim adanya agar setiap maksud dari sebuah pesan atau
informasi dapat tersampaikan dan difahami dalam kegiatan interaksi sosial. anak
berkebutuhan khusus memounyai karakteristik tertentu dalam segi bahasa. adapun
hambatan yang terjadi pada perkembangan bahasa ABK adalah karena adanya ketidak
sesuaian dalam pemahaman konsep bahasa bagi mereka maupun tidak adanya dukungan
atau fasilitasi yang menunnjang mereka dalam mengembangkan bahasanya.
4.2
Saran
sebagai pendidik
memahami karakteristik anak adalah hal terpenting karena hal tersebut akan
membantu dalam menemukan metode penyampaian yang tepat dalam segi pembelajaran
maupun cara berinteraksi secara tepat terhadap peserta didik ABK.
DAFTAR PUSTAKA
·
E, Kosasih. 2012. Cara Bijak Memahami
Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: YRAMA WIDYA
·
Dorothy P. 2014.teach me how to say it.
Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR
·
Jurnal pendidikan khusus. 2010.
Perkembangan Bahasa dan Gangguan Bahasa Pada Anak Berkebutuhan Khusus.
·
Hidayat, asep & Ate Suwandi. 2013.
Pendidikan anak berkebutuhan khusus Tunanetra. Jakarta : PT. LUXIMA METRO MEDIA
·
Haenudin. 2013. Pendidikan anak berkebutuhan
khusu tunarungu. Jakarta: PT. LUXIMA MERTO MEDIA
Komentar
Posting Komentar