Penelitian Kuantitatif

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Metodologi penelitian merupakan mata kuliah yang menunjang dalam pembuatan karya ilmiah. Melihat hasil karya ilmiah yang hasilnya masih belum maksimal, perlu adanya suatu penelitian. Dalam membuat proposal penelitian membutuhkan langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti, sehingga perlu untuk mengetahui masalah yang akan diteliti terlebih dahulu. Apabila masalah itu telah ada, kemudian dapat diidentifikasi, dibatasi, dan dirumuskan sehingga masalahnya dapat ditemukan suatu solusi yang baik.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya dengan penelitian kualitatif.
Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimana Karakteristik Penelitian Kuantitatif?
2.      Bagaimana Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Kuantitatif?

1.3  Tujuan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui Karakteristik Penelitian Kuantitatif.
2.      Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Kuantitatif.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Karakteristik Kuantitatif Penelitian
Dalam ilmu-ilmu sosial, sebagaimana induk dari ilmu tentang manusia seperti sosiologi, politik, ekonomi, hukum, administrasi, komunikasi dan sebagainya, mengenal paradigm kuantitatif positivisme sebagai salah satu penelitian yang sangat berpengaruh. Dalam paradigm kuantitaf, gagasan-gagasan positivisme dianggap sebagai akar paradigm tersebut. Paradigm ini adalah tradisi pemikiran perancis dan inggris yang antara lain diilhami oleh David Hume, John Locke, dan Berkeley yang menekankan berbagai pengalaman sumber pengetahuan dan memandang pengetahuan memiliki kesamaan hubungan dengan pandangan aliran filsafat yang dikenal dengan nama positivisme serta sering kali juga disebut dengan berbagai lebel lain, seperti empirisme, behaviorisme, naturalisme, dan “sainsme”. Tradisisi ini berkembang sebagai akibat sedemikian terobsesi dan dipengaruhi oleh tradisi ilmu-ilmu kealaman yang tergolong Aristotilian. Ia bertumpu pada pandangan bahwa realitas itu pada hakikatnya bersifat materi dan kealaman. Manusia juga hakikatnya bersifat materi dan kealaman. Yang disebut dengan jiwa (mind) tak ubahnya dengan kertas putih (tabukarasa), yang hakikatnya semacam film kamera pada diri manusia; ia sekedar “fotokopi” atau gambaran “hasil potret” pengalaman inderawi manusia.
  August Comte (1798-1857) adalah filsuf yang mempelopori munculan aliran filsafat positivisme ini. Comte jugalah yang menciptakan istilah “sosiologi” sebagai disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat secara ilmiah. Dalam perkembanagan berikutnya positivisme mendominasi wacana ilmu pengetahuan mulai dari abad 20an sampai saat ini, dengan menetapkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhu oleh ilmu-ilmu manusia maupun alam untuk disebut sebagai ilmu pengetahuan yang benar, yaitu berdasarkan kriteria-kriteria eksplanotarif dan prediktif. Demi terpenuhinya kriteria-kriteria tersebut maka semua ilmu harus memiliki pandangan dunia positivistic sebagai berikut: (1) Objektif. Teori-teori tentang haruslah bebas nilai. (2) Fenomenalisme. Ilmu pengetahuan hanya bicara tentang semesta yang teramati. Substansi metafisis yang diandaikan berada di belakang gejala-gejala penampakan disingkirkan. (3) Reduksionisme. Semseta direduksi menjadi fakta-fakta keras yang dapat diamati. (4) Naturalisme. Alam semesta adalah objek-objek yang bergerak secara mekanis seperti bekerjanya jam.
  Positivisme memiliki pengaruh yang amat kuat terhadap berbagai disiplin ilmu bahkan sampai dewasa ini. Pengaruh tersebut dikarenakan klaim-klaim yang dikenakan oleh positivisme terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu: Klaim kesatuan ilmu. Ilmu-ilmu manusia dan ilmu-ilmu alam berada di bawah payung paradigma yang sama yaitu paradigma positivistic. Klaim kesatuan bahasa. Bahasa perlu dimurnikan dari konsep-konsep matalifis dengan mengajukan parameter verifikasi. Klaim kesatuan metode. Metode verifikasi bersifat universal, berlaku baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu manusia.
       Pandangan positivisme ini begitu kuat mengklaim bahwa ilmu (sains) adalah ilmu pengetahuan yang nyata dan positivistik, sehingga ilmu pengetahuan yang tidak positivistik bukanlah ilmu (sains). Pandangan ini kemudian membawa positivistik menjadi serba empirisme, behaviorisme, natuiralisme, dan sainsme dan menafikan semua pandangan fenomenologis untuk disebutkan sebagai ilmu (sains).
       Tradisi positivisme ini kemudian melahirkan pendekatan-pendekatan paradigma kuantitatif dalam penelitian sosial dimana objek penelitian dilihat memiliki keberaturan ynag naturalistik, empiris, dan behavioristik, dimana semua objek penelitian harus dapat direduksi menjadi fakta yang dapat diamati, tidak terlalu mementingkan fakta sebagai makna namun mementingkan fenomena yang tampak, serta serba bebas nilai atau objektif denagn menentang habis-habisan sikap-sikap subjektif. Tradisi positivistik semacam ini membawa paradigma penelitian ini sebagai aliran penelitian yang berlawanan arus dengan paradigma kualitatif-fenomenologis.
Untuk menjelaskan tentang penelitian kuantitatif berturut-berturut akan disebutkan karakteristik penelitian kuantitatif, yaitu:
1.      Pengaruh dari model penelitian alam.
2.      Bersifat behavioristik-mekanistik-empirik.
3.      Memberikan perhatian pada hasil (produk).
4.      Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan aturan, hukum dan prinsip yang bersifat umum.
5.      Konversi kualitas menjadi kuantitas.
6.      Konfirmasi teori.
7.      Menjunjung tinggi objektivitas.
8.      Desain penelitian ketat dan permanen.[1]

       Karakteristik penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001:6-7; Suharsimi Arikunto, 2002:11; Johnson, 2005, dan Kasiram, 2008:149-150):
a.  Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional-empiris atau topdown), yang berusaha memahami suatu fenomena dengan cara menggunakan konsep-konsep yang umum untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat khusus.
b.  Logika yang dipakai adalah logika positivitik dan menghindari hal-hal yang bersifat subjektif.
c.       Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan.
d.      Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyusun ilmu nometetik yaitu ilmu yang berupaya membuat hukum-hukum dari generalisasinya.
e.       Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang dibutuhkan, serta alat pengumpul data yang dipakai sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
f.       Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat yang objektif dan baku.
g.      Peneliti penempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti dirinya tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian.
h.      Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul.
i.        Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks waktu dan situasi.

A.    Lingkup Penelitian
       Luasan yang mengitari penelitian kuantitatif, sama dengan besaran ruang lingkup keilmuan sosial, seperti sosiologi, politik, ekonomi, hukum, administrasi, komunikasi, dan sebagainya, karena semua objek kemasyarakatan menjadi objek dan ruang lingkup penelitian kuantitatif. Bahkan dalam kasus tertentu aspek-aspek penelitian kuantitatif menjangkau objek-objek dunia materi dalam keilmuan eksakta. Akan tetapi dalam kesempatan ini kita akan melihat lingkup penelitian kuantitatif dalam ilmu-ilmu sosial seperti yang disebutkan diatas.
       Sepertinya kita akan mengalami kesulitan dalam menentukan ruang lingkup penelitian kuantitatif termasuk pula penelitian sosial lainnya. Karena penelitian sosial yang meneliti perilaku-perilaku sosial di dalam masyarakat mengalami kesulitan dalam menentukan besaran dan spekrtum perilaku manusia itu sendiri sebagai objek penelitiannya. Hal ini berbeda dengan ilmu-ilmu alam yang serba dapat diukur dan dibatasi. Akan tetapi perilku sosial seperti juga gejala-gejala alam lainnya memiliki regularitas (keberaturan) yang dapat diukur dan dibatasi pada jenis-jenis tertentu yang dapat membedakannya dengan jenis perilaku sosial lainnya. Kendati demikian disisi lain disadari regularitas perilaku sosial walaupun memiliki kemiripan (competable) denagn regularitas yang terjadi pada gejala-gejala alam, namun memiliki tingkat keajegan yang tidak  sama, dengan kata lain regularitas gejala-gejala sosial lebih rentan bila dibandingkan dengan gejala-gejala alam.
       Argumentasi diatas dapat dibuktikan denagn kenyataan bahwa didalam ilmu-ilmu alam terdapat peristiwa-peristiwa monoton dari objek yang diamati, sehingga peristiwa itu membentuk gejala rutin dalam fenomena alam. Namun peristiwa semacam itu tidak terdapat pada ilmu-ilmu sosial. Objek yang diamati oleh ilmu-ilmu sosial memiliki variasi gejala majemuk, dan ini pula yang menjadikan fenomena unik bagi ilmu-ilmu sosial serta diikuti sebagai karakteristik yang memiliki keunggulan lebih terhadap ilmu-ilmu alam. Konsekuensinya ilmu-ilmu sosial memiliki kompleksitas metodologis yang lebih rumit (canggih) melebihi ilmu  alam, terutama dalam hal menentukan konsep, reliabilitas, maupun validitas. Karena itu kejadian terhadap objek-objek perilaku sosial memilki keasyikan dan keunikan tersendiri yang tidak didapatkan pada kajian ilmu-ilmu alam pada umumnya.
 








Gambar. 1
Lingkup wilayah penelitian keilmuan sosial

       Dari apa yang dijelaskan diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa perilaku sosial memiliki gejala yang tampak, dapat diamati, dapat dikonsepkan, dan dapat diukur sebagai variabel-variabel yang muncul di masyarakat merupaka wilayah penelitian kuantitatif. Sehubungan dengan itu, maka lingkup penelitian kuantitatif sebagaimana juga penelitian dalam keilmuan sosial dapat digambarkan sebagaimana dapat dilihat pada gambar di atas.
       Masing-masing lingkaran berkotak diatas menggambarkan komponen-komponen didalam sosial yang dapat memfokuskan diri pada hubungan intra dimasing-masing komponen tersebut, misalnya hubungan antara:
1.      Individu dengan individu
2.      Kelompok dengan kelompok
3.      Pranata dengan pranata
4.      Masyarakat dengan masyarakat
5.      Kebudayaan dengan kebudayaan
Suatu penelitaian sosial juga dapat mengkonsentrasikan perhatiannya pada hubungan antar komponenen, misalnya hubungan komponen :
1.      Individu dengan kelompok
2.      Individu dengan pranata sosial
3.      Individu dengan masyarakat
4.      Individu dengan kebudayaan
5.      Kelompok dengan pranata sosial
6.      Kelompok dengan masyarakat
7.      Kelompok dengan kebudayaan
8.      Pranat sosal dengan masyarakat
9.      Pranata sosial dengan kebudayaan
10.  Masyarakat dengan kebudayaan

Penelitian sosial tidak saja berfokus opada hubungan antar dua komponen, tetapi dapat lebih dari itu misalnya hubungan antar komponen:
1.      Individu, kelompok, dan pranata sosial.
2.      Individu, kelompok, pranata sosail dan masyarakat
3.      Individu, kelompok , pranata sosial, masyarakat, dan kebudayaan
4.      Kelompok , pranata sosial, dan masyarakat.
5.      Kelompok, pranata sosial, masyarakat, dan kebudayaan.
6.      Pranata soosail, masyarakat, dan kebudayaan.
7.      Kelompok, masyarakat, dan kebudayaan.
8.      Individu, pranata sosial, dan kebudayaan
9.      Individu, pranata sosial, masyarakat, dan kebudayaan.

Pada dasarnya penelitian soaial meletakkan diri pada lingkup hubungan antar berbagai komponen dalam anatomi kehidupan sosial. Kesemuanya berarah pada penemuan regularitas sosial sesuai konsep yang dihipotesiskan atau tidak dihipotesiskan dengan maksud mengujinya.

B.     Format Penelitian Kuantitatif
Format penelitian kuantitatif dalam ilmu sosial tergantung pada permasalahan dan tujuan penelitian itu sendiri. Ada dua format penelitian kuantitatif berdasarkan paradigma dominan dalam metodologi penelitian kuantitatif, yaitu format deskriptif dan format eksplanasi. Kedua format ini dijelaskan sebagai berikut:
 







Gambar. 2
Format Penelitian Kuantitatif

C.      Ragam Penelitian Kuantitatif
       Ragam jenis penelitian, dapat dilakukan dengan mudah apabila sudah diketahui dari segi mana penelitian menggolongkan penelitian tersebut. Para ahli umumnya membuat ragam penelitian sosial seperti yang digambarkan diatas. Suatu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa ragam penelitian ini dirancang sebesar mungkin guna menghindari terjadinya tumpang-tindih antar ragam satu dengan yang lainnya. Sebab kalau hal tersebut terjadi, maka akan membingungkan orang dalam membedakan ragam satu dengan lainnya, terutama oleh peneliti-peneliti pemula. Walau demikian, kategorisasi tersebut tidak harus mutlak diikuti karena biarpun hal ini telah diupayakan pemilahan sedemikian rupa, tetapi pada aplikasinya penggabungan suatu model penelitian memungkinkan dilakukan untuk mempaskan suatu model penelitian dengan masalah yang dihadapinya.
       Kemungkinan tumpang tindah ragam dan jenis penelitian akan terjadi, disebabkan kebutuhan tujuan dan rumusan masalah penelitian yang semakin kompleks akibat dari gejala dan variabel penelitian di masyarakat yang semakin mutikompleks. Misalnya pada penelitian survei, dapat juga penelitian ini berbentuk  studi kasus, karna survei hanya di lakukan pada kasus tertentu, atau survei pemairan, bertujuan eksplorasi, dilaksanakan di kancah, dapat bersifat penelitian murni atau juga terapan, dan sebagainya.                                                                                    
       Berkembangnya ragam penelitian semacam di atas dapat juga terjadi pada penggolongan dan jenis penelitian lainya, tergantung pada tujuan dan permasalahan penelitiannya. Hal ini disebabkan karna metode penelitian haruslah merujuk pada tujuan dan permasalahan penelitianya. Kesimpulanya metode penelitian hanyalah alat yang di pilih ketika peneliti sudah memiliki masalah penelitian tertentu, bukan sebaliknya bahwa metode penelitian dipilih sebelum peneliti memehami masalah penelitian yang akan di hadapinya.
  Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya. Namun bukan berarti penelitian kuantitatif bersih dari data yang berupa informasi kualitatif. Penelitian kuantitatif dibangun oleh paradigma positivisme. Sebuah paradigma yang di ilhami oleh David Hume, John Locke, dan Berkeley yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan dan memandang pengetahuan memiliki kesamaan hubungan dengan aliran filsafat yang dikenal dengan nama positivisme. Untuk selanjutnya penelitian kuantitatif dikembangkan oleh para penganut paham positiviesme yang dipelopori oleh August Comte. Mereka berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka metode metode Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu sosial.
  Berdasar pada paradigma di atas maka lingkup penelitian kuantitatif sama dengan besaran ruang lingkup social, seperti pendidikan, sosiologi, politik, ekonomi, hukum, administrasi, komunikasi dan sebagainya, karena semua objek kemasyarakatan menjadi objek dan ruang lingkup penelitian kuantitatif. Sehingga penelitian kuantitatif ini menekankan pada hasil survey yang berbeda dengan penelitian kualitatif yang menekankan pada studi kasus.
  Penelitian kuantitatif telah diketahui dan digunakan oleh manusia sejak lama dalam bidang penelitian. Oleh karena itu, penelitian kuantitatif dikenal sebagai penelitian tradisional. Selain dikenal sebagai metode penelitian yang telah mentradisi, penelitian kuantitatif dikenal menggunakan logika positivistik. Logika positivis sendiri memahami fakta atau fenomena sebagai sesuatu yang dapat diklasifikasikan, diparsialkan, konkret, dapat diamati, dapat diukur dan pada umumnya bersifat sebab-akibat, serta hasilnya pada umumnya dapat digeneralisasikan. Karena memegang prinsip dapat digeneralisasikan, maka penelitian ini pada umumnya menggunakan populasi atau sampel yang representatif.
  Desain penelitian kuantitatif bersifat tetap (permanent), misalnya besarnya sampel, dan siapa yang dan bagaimana memperoleh sampel, pada umumnya tidak dapat diubah-ubah. Hasil penelitian kuantitatif dirumuskan hanya berdasarkan data yang ada. Pada penelitian kuantitatif pengidentifikasian variabel, dan perumusan hipotesis pada umumnya didasarkan pada teori-teori atau konsep-konsep yang telah ada.Dalam pendekatan kuantitatif diasumsikan bahwa peneliti tahu arti suatu perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang yang sedang diteliti.
  Perumusan konsep; teori dan kesimpulan pada penelitian kuantitatif dilakukan dengan metode deduktif. Proses penelitian kuantitatif seyogyanya bebas dari pengaruh nilai, bebas nilai (value free). Dalam menulis laporan hasil penelitian, peneliti kuantitatif lazimnya bermain dengan tabel-tabel data, analisis statistik dan grafik. Pekerjaan kuantitatif didasatkan pada ”realistik epistimology” yang beranggapan bahwa apa yang dikatakan sebagai suatu ”truth” itu persis sama dengan benda atau kenyataan yang sebenarnya, karena suatu kesimpulan yang dibuat harus benar-benar akurat dan menyimbulkan realitanya.
  Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Pada umumnya penelitian kuantitatif dapat dilaksanakan juga sebagai penelitian diskriptif. Penelitian kuantitatif dapat pula berupa penelitian hubungan atau penelitian korelasi, penelitian kuasi-ekperimental, dan penelitian eksperimental.[2]
  Dapat juga diartikan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berujud bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi), yang dianalisis menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain.[3]
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metoe ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistic karena berandaskan pada filsafat positivism. Metode ini sebagai metode ilmiah/ scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengna metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai IPTEK baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena ada penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
  Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.[4]
       Terdapat beberapa ciri-ciri yang dapat dilihat dari desain penelitian kuantitatif, seperti:
1.      Cara samplingnya berlandaskan pada asas random.
2.      Instrumen sudah dipersiapkan sebelumnya dan di lapangan tinggal pakai.
3.      Jenis data yang diperoleh dengan instrumen-instrumen sebagian besar berupa angka atau yang diangkakan.
4.    Teknik pengumpulan datanya memungkinkan diperoleh data dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat.
5.    Teknik analisis yang dominan adalah teknik statistik.
6.  Sifat dasar analisis penelitian deduktif dan sifat penyimpulan mengarah ke generalisasi.
Penelitian kuantitatif memilki prosedur, antara lain:
1.      Mengidentifikasi Problem Penelitian
 Dalam mengidentifikasi problem penelitian, penelitian kuantitatif perlu menguraikan tentang kecenderungan atau menjelaskan tentang keterkaitan antara variable dan pengembangannya.
2.      Mereview Kepustakaan
   Dalam peneltian kuantitatif, kepustakaan memegang peranan penting. Malakukan reviu terhadap kepustakaan selain berfungsi untuk justifikasi problem penelitian, juga dimaksudkan untuk mengarahkna tujuan, dan pertanyaan atau hipotesis penelitian.
3.      Menetapkan Tujuan Penelitian
      Dalam penelitian kuantitatif pertanyaan penelitiannya adalah spesifik dan sempit, terbatas pada variable penelitian yang ditetapkan, untuk memperoleh data yang dapat diukur dan dapat diamati.
4.      Mengumpulkan Data
    Dalam penelitian kuantitatif, pengumpulan data didasarkan pada instrumen yang sudah ditetapkan sebelum penelitian, datanya berwujud bilangan, dan instrument diberikan kepada sejumlah besar individu.
5.      Menganalisa dan Menginterpretasi Data
      Dalam penelitia kuantitatif, analisis datanya menggunakan analisis statistic yang meliputi uraian kecenderungan, perbandingan kelompok yang berbeda, atau hubungan antar variable, serta melakukan interpretasi perbandingan antara hasil penelitian dengan yang diprediksikan sebelum penelitian. Peneliti selanjutnya melakukan intepretasi berdasarkan hasil analisis data tersebut dipandang dari sudut prediksi awal atau penelitian-penelitian sebelumnya yang bertema sama. Intepretasi ini merupaka penjelasan mengenai mengapa hasil penelitian mendukung atau tidak mendukung prediksi yang diharapkan sebelumnya.
6.      Melaporkan dan Mengevaluasi Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, laporan penelititan menggunakan struktur yang pasti dan terstandar serta menggunakan kriteria evaluatif.

   Penelitian kuantitatif menberikan perhatian pada hasil belajar. Usaha memahami manusia dilakukan dengan melihat apa yang dihasilkannya setelah belajar. Melalui penelitian kuantitatif, dengan memperhatikan hasil-hasil belajar manusia, dapat dijelaskan suatu gejala, dipahami hubungan satu gejala dengan gejala lain, dan hubungan sebab-akibat gejala dalam diri manusia.[5]Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan.
   Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau siswa yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka. Sebagai contoh: 50 siswa, 79% dari populasi sampel, mengatakan bahwa mereka lebih percaya bahwa kegiatan belajar yang menyenangkan dari guru sangat mempengaruhi prestasi siswa. Menurut ketentuan ukuran sampel statistik yang berlaku, maka 79% dari penemuan dapat diproyeksikan dari sampel yang telah dipilih. pengambilan data ini adalah disebut sebagai survei kuantitatif atau penelitian kuantitatif.
   Pada prinsipnya penelitian kuantitatif adalah untuk menjawab masalah. Masalah adalah penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Dari hal tersebut maka kita dapat melakukan beberapa tahap penelitian untuk menjawab masalah tersebut, antara lain:
1)      Tahap Konseptual
     Merumuskan dan membatasi masalah, meninjau kepustakaan yang relevan,mendefinisikan kerangka teoritis, merumuskan hipotesis.Tahap ini termasuk merenungkan, berpikir,  membaca, membuat konsep, revisi konsep, teoritisasi,  bertukar pendapat, konsul dengan pembimbing, dan penelusuran pustaka. Mengeksploitasi, perumusan, dan penentuan masalah yang akan diteliti. Penelitian kuantitatif dimulai dengan kegiatan menjajaki permasalahan yang akan menjadi pusat perhatian peneliti dan kemudian peneliti mendefinisikan serta menformulasikan masalah penelitian tersebut dengan jelas sehingga mudah di mengerti.
2)      Fase Perancangan dan Perencanaan
     Memilih rancangan penelitian, mengidentifikasi populasi yang diteliti, mengkhususkan metode untuk mengukur variabel penelitian, merancang rencana sampling, mengakhiri dan meninjau rencana penelitian, melaksanakan pilot penelitian dan membuat revisi.
3)      Fase Empirik
     Pengumpulan data, penyiapan data untuk analisis atau mengumpulkan data penelitian dari lapangan.
4)      Fase Analitik
     Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian. Data yang dikumpulkan dari lapangan diolah dan dianalisis untuk menemukan kesimpulan-kesimpulan, yang diantaranya kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis penelitian.
5)      Fase Diseminasi
     Pada tahap akhir, agar hasil penelitian dapat dibaca, dimengerti dan diketahui oleh masyarakat luas, maka hasil penelitian tersebut disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian.
Metode kuantitatif dapat digunakan apabila:
1.      Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas.
2.      Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi.
3.      Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain.
4.      Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian.
5.      Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur.
6.      Bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori dan produk tertentu.
   Proses penelitian kuantitatif merupakan kerangka kerja peneliti dalam melakukan penelitian kuantitatif. Minimal ada enam langkah yang harus dilakukan oleh peneliti yang meliputi:
1.      Mengeksplorasi, merumuskan dan penentuan masalah yang akan diteliti seperti:
a.       Topik
b.      Masalah
c.       Judul
Adapun pertimbangan dalam memilih masalah minimal ada dua hal:
1)      Pertimbangan Objektif
      Maksud dari pertimbangan objektif disini adalah pertimbangan berdasarkan masalah itu sendiri, layak tidak layak masalah itu diangkat. Penentuan kelayakan masalah itu minimal didasarkan pada pertimbangan kualitas masalah itu dan dapatnya masalah itu dikonseptualisasikan.
2)      Pertimbangan Subjektif
      Pertimbangan subjektif adalah pertimbangan seputar kredibilitas peneliti terhadap apa yang akan ditelitinya. Sehingga hal-hal yang dipertimbangkan disini mencakup minat, dana, kemampuan, waktu dan lain-lain yang dimiliki peneliti terhadap masalah yang akan ditelitinya.
Stoner mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila:
1)      Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan
2)      Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan
3)      Ada pengaduan
4)      Ada kompetisi
        Adapun ciri-ciri judul penelitian kuantitatif biasanya kata yang digunakan diawal judul adalah:
1.      Hubungan
2.      Kontribusi
3.      Pengaruh
4.      Perbedaan
5.      Persepsi
2.      Mendesain model penelitian dan parameter penelitian
Untuk melangkah menuju desain penelitian kuantitatif seorang peneliti hendaknya menentukan konsep penelitiannya. Sedangkan konsep penelitian dapat diperoleh dengan generalisasi dan abstraksi. Generalisasi adalah proses bagaimana memperoleh prinsip dari berbagai pengalaman yang berasal dari literature dan empiris.  Sedangkan abstraksi mencakup ciri-ciri umum yang khas dari fenomena yang dibicarakan itu.
Hal penting lainnya yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam membuat konsep penelitian adalah desain variabel dan interaksi antar variabel. Dan perlu diingat bahwa konseptualisasi dalam penelitian kuantitatif akan terbentuk jika peneliti membaca teori yang akan digunakan dalam penelitiannya. Apabila teori dan konsep telah terbentuk peneliti bisa menentukan metode penelitian yang akan digunakan.
2.2  Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Kuantitaif
A.    Kelebihan Metode Kuantitatif
1.      Dapat digunakan untuk menduga atau meramal.
2.      Hasil analisis dapat diperoleh dengan akurat bila digunakan sesuai aturan.
3.      Dapat digunakan untuk mengukur interaksi hubungan antara dua atau lebil variabel.
4.      Dapat menyederhanakan realitas permasalahan yang kompleks dan rumit dalam sebuah model.
5.      Menghasilkan teori yang kuat yang probabilitas kebenaran dan toleransi kesalahannya dapat diperhitungkan.
6.      Kebenaran teori yang dihasilkan selalu terbuka untuk diuji kembali.
7.      Analisa yang dilakukan atas angka menghindarkan unsur subjekivitas.

B.     Kekurangan Metode Kuantitatif
1.      Berdasarkan pada anggapan-anggapan (asumsi)
2.      Asumsi tidak sesuai dengan realitas yang terjadi atau menyimpang jauh maka kemampuannya tidak dapat dijamin bahkan menyesatkan.
3.      Data harus berdistribusi normal dan hanya dapat digunakan untuk menganalisis data yang populasi atau sampelnya sama.
4.      Tidak dapat dipergunakan untuk menganalisis dengan cuplikan (sampel) yang jumlahnya sedikit
5.      Tidak dapat mengungkap makna yang tersembunyi.
6.      Pengembangan teori lambat.
7.      Kegunaannyan rendah karena pengambil kebijakan berada di luar penelitian.


METODE KUANTITATIF
KELEBIHAN
KEKURANGAN
Penelitian lebih berjalan sistematis
Pengambilan data cenderung berasal dari nilai tertinggi
Mampu memanfaatkan teori yang ada
Penelitian tidak subyektif
Penelitian lebih berjalan objektif
Orientasi hanya terbatas pada nilai dan jumlah.
Spesifik, jelas dan rinci
Dibatasi oleh peluang untuk menggali responden dan kualitas perangkat pengumpul data orisinal.
Ukuran penelitian besar, sehingga menjadi nilai tambah tersendiri.
Keterlibatan periset umumnya terbatas

Tabel. 1
Kelebihan dan Kekurangan Metode Penelitian Kuantitatif



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·         Tradisi positivisme melahirkan pendekatan-pendekatan paradigma kuantitatif dalam penelitian sosial dimana objek penelitian dilihat memiliki keberaturan ynag naturalistik, empiris, dan behavioristik.
·    Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya.
·         Luasan lingkup kuantitatif, sama dengan besaran ruang lingkup keilmuan sosial, seperti masyarakat dan kebudayaan, pranata kemasyarakatan, kelompok, dan individu sesuatu yang tampak, dapat diamati, dapat dikonsepkan, dapat diukur.
·         Ada dua format penelitian kuantitatif berdasarkan paradigma dominan dalam metodologi penelitian kuantitatif, yaitu format deskriptif dan format eksplanasi.
3.2 Saran
       Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan bahan ajar atau materi yang dapat digunakan pembaca untuk menjadi salah satu acuan dalam penelitian kuantitatif. Dan kami pun menyarankan pembaca yang menginnginkan penelitian yang bersifat objektif maka gunakanlah metode penelitian kuantatif yangn telah di paparkan penulis sebelumnya. Selain itu, kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan di berbagai aspeknya, sehingga kami berharap kepada semua pihak untuk dapat memberikan saran dan kritik terhadap makalah ini.


Daftar Pustaka
Alsa, Asmdi.2003. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burham Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pranada Media.

Margono. 2010. Metodologi Peelitian Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto. 2010.Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D).Bandung: Alfabeta.








[1]Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 45.
[2] Margono, Mtodologi Peelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 105-106.
[3] Asmdi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian spikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 13.
[4] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D), (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 13-14.
[5] Purwanto, Metodologi Penelitaian Kuantitatif(Untuk Psikologi dan Pendidikan), hlm. 50.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ANAK TUNANETRA

NILAI RUJUKAN KURIKULUM

SIMULASI MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DAN KREATIF