Dinamika masyarakat dan budaya
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Setiap
masyarakat dalam kehidupannya pasti akan mengalami perubahan-perubahan walaupun
ruang lingkup perubahan tersebut tidak terlalu luas. Perubahan-perubahan yang
terjadi di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma sosial,
pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan
dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.
Hal tersebut sangat wajar sebab kebudayaan diciptakan dan diajarkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri,
baik secara perorangan maupun berkelompok. Dari
kenyataan ini, tidak ada satupun kebudayaan yang bersifat statis.
Definisi dari dinamika sosial atau
perubahan sosial itu sendiri adalah suatu proses pergeseran atau berubahnya
struktur atau tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih
inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang
lebih bermartabat.
Dalam dinamika sosial terdapat beberapa
konsep mengenai proses perubahan sosial. Diantaranya, internalisasi,
sosialisasi, enkulturasi, cultural evolution, difusi, akulturasi, asimilasi dan
inovasi.
1.2 Rumusan Masalah
Apa
yang dimaksud dengan perubahan sosial?
Apa
yang dimaksud internalisasi?
Apa
yang dimaksud sosialisasi?
Apa
yang dimaksud enkulturasi?
Apa
yang dimaksud cultural evolution?
Apa
yang dimaksud difusi?
Apa
yang dimaksud akulturasi?
Apa
yang dimaksud asimilasi?
Apa
yang dimaksud inovasi?
1.3 Tujuan
Tujuan
yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah untuk mengetahui
konsepsi-konsepsi mengenai pergeseran
masyarakat dan kebudayaan, proses belajar kebudayaan sendiri, proses evolusi
sosial, proses difusi, akulturasi dan pembaharuan atau asimilasi dan perubahan
atau inovasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perubahan Sosial
Perubahan
sosial adalah suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur atau tatanan di
dalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta
kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.
Menurut
Gillin, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi
dari cara hidup yang telah diterima karena adanya geografi, kebudayaan
material, komposisi penduduk, ideologi maupun dengan difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Menurut
Emile Durkheim, perubahan sosial dapat terjadi sebagai hasil faktor-faktor
ekologis dan demografis yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi
tradisional yang terikat soidaritas mekanik, ke dalam masyarakat modern yang
diikat oleh solidaritas organik.
2.2 Internalisasi
Menurut Effendi R., internalisasi
adalah proses pengembangan potensi yang dimiliki manusia yang dipengaruhi, baik
lingkungan internal dalam diri manusia itu maupun eksternal, yaitu
pengaruh dari luar manusia.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat
(2003), internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu,
yaitu mulai saat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya, sepanjang hayatnya
seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu,
dan emosi yang kemudian membentuk kepribadiannya.
Dapat disimpulkan, proses
internalisasi adalah
proses panjang sejak seorang individu dilahirkan,
sampai ia hampir
meninggal, dimana ia
belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan,
nafsu,
serta emosi yang
diperlukan sepanjang hidupnya
Contohnya,
anak yang baru dilahirkan pasti belum mengenal apa-apa, lalu ketika ia mulai
berumur 1 tahun, ia mulai belajar berjalan dan berbicara. Saat berumur 5 tahun,
ia mulai belajar bersosialisasi. Saat beranjak remaja, ia mulai mengenal
tentang sex. Saat dewasa, ia mulai belajar untuk menjadi orangtua untuk
anak-anaknya.
2.3 Sosialisasi
Menurut
Charlotte Buchler, sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu
belajar dan menyesuaikan diri bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya
agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Menurut
Soerjono Soekamto, sosialisasi adalah proses dimana anggota masyarakat yang
baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana ia menjadi
anggota.
Menurut
Robert M.Z. Lawang, sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran
dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi
yang efektif dalam kehidupan sosial.
Kesimpulannya
adalah, sosialisasi merupakan proses adaptasi setiap individu dengan lingkungan
sekitarnya atau dengan keompok-kelompok sosial dimana ia berada. Ia melakukan
sosialisasi supaya ia dapat berperan dan berfungsi dengan baik di dalam
kelompoknya. Dapat dikatakan juga bahwa sosialisasi merupakan proses dimana
seseorang mempelajari pola-pola hidup dalam masyarakat sesuai dengan nilai
nilai, norma dan kebiasaan yang berlaku untuk berkembang sebagai anggota
masyarakat dan sebagai individu.
Berdasarkan
pengertian sosialisasi atau batasan sosialisasi diatas dapat diambil beberapa
point penting, yaitu:
1. Sosialisasi
berjalan melalui proses belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan dan
melaksanakan tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya
(behavioral patterns of society).
2. Sosialisasi
berjalan bertahap dan berkesinambungan (kontinue), mulai dari sejak individu
dilahirkan hingga dia mati.
3. Sosialisasi
berhubungan erat dengan enkulturasi atau proses pembudayaan, yaitu proses
belajar dari seorang individu untuk belajar, mengenal, menghayati, dan
menyesuaikan alam pikiran serta cara dia bersikap terhadp sistem adat, bahasa,
seni, norma, agama dan seluruh peraturan dan pendirian yang ada dalam
lingkungan kebudayaan masyarakat
Menurut Effendi, R (2006) syarat
terjadinya proses sosialisasi adalah:
1. Individu harus diberi keterampilan
yang dibutuhkan bagi hidupnya kelak di masyarakat.
2. Individu harus mampu berkomunikasi
secara efektif dan mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis dan berbicara.
3. Pengendalian fungsi-fungsi organik harus dipelajari melalui
latihan-latihan.
Menurut
Bruce J. Cohen, sosialisasi memiliki beberapa tujuan yaitu:
a. Sosialisasi
bertujuan agar tiap individu mendapatkan bekal keterampilan yang kelak nantinya
akan dia butuhkan untuk tetap hidup.
b. Sosialiasi
bertujuan agar setiap individu dapat berkomunikasi yang tentu saja dengan
efektif sehingga kemampuan membaca, menulis, dan berbicara dapat berkembang.
c. Sosialisasi
bertujuan agar mengendalikan fungsi fungsi organik melalui latihan latihan
mawas diri yang tepat
d. Sosialisasi
bertujuan sehingga setiap individu dapat membiasakan dirinya dengan nilai nilai
dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.
e. Membentuk
sistem perilaku melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh watak pribadinya,
yaitu bagaimana ia memberikan reaksi terhadap suatu pengalaman menuju proses
pendewasaan.
2.4
Enkulturasi
Menurut Koentjaraningrat, proses enkulturasi adalah proses
belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat istiadat, sistem norma, dan
semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang.
Enkulturasi
adalah Proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi
berikutnya selama hidup seseorang individu dimulai dari institusi keluarga terutama
tokoh ibu. Individu berkembang dengan ketertarikan terhadap objek lain selain
dirinya. Dengan pemahaman situasi yang ditanamkan orang-orang dewasa
disekitarnya menurut kebudayaanya tempat individu tersebut tumbuh dewasa
--berkembangnya orientasi yang bersifat lebih bersifat ruang , waktu dan
normatif.
Ruth
Benedict berpendapat bahwa suatu kepribadian dianggap bersifat normal apabila
sesuai dengan tipe kepribadian yang dominan, sedangkan tipe kepribadian yang
sama jika sesuai dengan tipe kepribadian dominan akan dianggap 'abnormal'.
Enkulturasi
mengacu pada proses dengan mana kultur ditransmisikan dari generasi satu ke
generasi selanjutnya. Kita mempelajari budaya, bukan mewarisinya. Kultur
ditransmisikan melalui proses belajar, bukan dengan gen. Orang tua,
teman-teman, lembaga sekolah, dan pemerintahan adalah guru utama di bidang
kultur. Dan enkulturasi terjadi melaui mereka.
Sedangkan
akulturasi mengacu pada proses dimana kultur diperbaiki dan dimodifikasi
melalui kontak ata pemaparan langsung dengan kultur yang lain. Sebagai contoh,
apabila ada sekelompok imigran yang kemudiam menetap di Amerika Serikat (kultur
tan rumah), maka kultur mereka sendiri akan dipngaruhi oleh kultur Tuan rumah
ini. Lama kelamaan, nilai, dan cara berperilaku serta kepercayaan dari kultur
tuan rumah ini akan menjadi bagian dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian
dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun
ikut berubah.
Agar
budaya terus berkembang, proses adaptasi perlu dilakukan. Paradigma yang
berkembang adalah budaya itu dinamis dan merupakan hasil proses belajar.
sehingga budaya suatu masyarakat tidak hadir dengan sendirinya. Nah, proses
belajar dan mempelajari budaya sendiri dalam masyarakat itu dinamakan
Enkulturasi.
Enkulturasi
menyebabkan budaya masyarakat tertentu bergerak dinamis mengikuti perkembangan
jaman. Sebaliknya sebuah masyarakat yang cenderung sulit menerima hal hal baru
dalam masyarakat sulit mempertahankan budaya lama yang sudah tidak relevan lagi
untuk disebut sebagai akulturasi.
Dalam
hal ini yang menajadi kata kunci adalah pemrograman kolektif yang menggambarkan
suatu proses yang mengikat setiap orang segera setelah ia dilahirkan ke dunia.
Semua anggota dalam budaya memiliki asumsi yang serupa tentang bagaimana seseorang
berpikir, berperilaku dan berkomunikasi.
2.5
Cultural Evolution
Evolusi merupakan perubahan sosial budaya
secara lambat dan berubah secara perlahan-lahan.
Biasanya, hal-hal
yang berubah secara perlahan seperti ini terjadi tanpa di sadari dan di rencanakan
dengan detail, atau bahkan tanpa ada perencanaan sekali pun.
Contohnya sendiri adalah, permulaan
perkembangannya, manusia tersusun dari kelompok-kelompok kecil yang hidup
mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Dimana, mereka hanya mengandalkan
kekayaan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-harinya. Mulai dari
makanan, pakaian, tempat tinggal, serta peralatan.
Tapi,
alam tidak sepenuhnya bisa bertahan. Karena ada juga sumber daya
alam yang tidak dapat di daur ulang. Tentu hal ini, membuat manusia-manusia
pada zaman itu berpikir untuk terus memenuhi kebutuhan hidup mereka.
2.6
Difusi
Difusi adalah suatu proses penyebaran
unsurunsur kebudayaan dari satu kelompok ke kelompok lain atau dari satu
masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses tersebut manusia mampu menghimpun
penemuan-penemuan baru yang dihasilkan.
Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru
yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada
masyarakat luas sampai seluruh umat manusia pada akhirnya. Seluruh umat manusia
dapat menikmati kegunaan penemuan baru bagi kemajuan peradaban.
Jenis difusi menurut ruang lingkup terjadinya:
Menurut ruang lingkup terjadinya difusi ada
dua, yaitu difusi intra masyarakat dan difusi antar
masyarakat. Difusi
intra masyarakat, yaitu difusi yang terjadi pada masyarakat itu sendiri. Adapun
difusi antar masyarakat, yaitu difusi yang terjadi antarmasyarakat yang satu
dan masyarakat lain.
a. Difusi Intra masyarakat
Difusi intramasyarakat dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Suatu pengakuan bahwa unsur baru tersebut
mempunyai kegunaan.
2. Ada tidaknya unsur-unsur yang memengaruhi
diterima dan ditolaknya unsur-unsur baru.
3. Suatu unsur baru yang berlawanan dengan fungsi
unsur lama kemungkinan besar tidak akan diterima.
4. Pemerintah dapat membatasi difusi yang akan
diterima.
b. Difusi Antar masyarakat
Difusi antar
masyarakat
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Adanya kontak dalam masyarakat tersebut.
2. Kemampuan untuk mendemonstrasikan manfaat baru
tersebut.
3. Pengakuan akan kegunaan penemuan baru
tersebut.
4. Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan
baru di dunia ini.
5. Paksaan dapat juga digunakan untuk menerima
suatu penemuan baru.
Sementara
itu, masuknya unsur-unsur baru ke dalam suatu masyarakat melalui difusi dapat dilakukan
dengan cara perembesan damai, perembesan dengan kekerasan, dan simbiotik.
a. Perembesan
damai (penetration passifique) adalah masuknya unsur baru ke dalam suatu
masyarakat tanpa menggunakan kekerasan dan paksaan. Namun demikian, cara ini
justru mengakibatkan masyarakat yang menerima semakin maju.
Contohnya pengenalan internet
sebagai alat komunikasi dan informasi yang disambut baik oleh masyarakat.
b. Perembesan
dengan kekerasan (penetration violente) adalah masuknya unsur baru ke dalam
suatu masyarakat yang diwarnai dengan penggunaan kekerasan dan paksaan. Contohnya penaklukan bangsa lain
melalui penjajahan.
c. Simbiotik
adalah proses masuknya unsur-unsur kebudayaan ke atau dari dalam masyarakat
yang hidup berdampingan.
Ada
tiga macam proses simbiotik, yaitu mutualistik, komensalistik, dan
parasitistik.
1. Mutualistik
adalah simbiose yang saling menguntungkan.
2. Komensalistik
adalah simbiose di mana satu pihak merasa diuntungkan dan pihak lain merasa
tidak diuntungkan, namun juga tidak dirugikan.
3. Parasitistik
adalah simbiose di mana satu pihak mendapatkan keuntungan dan pihak lain
menderita kerugian.
Difusi dan akulturasi memiliki
persaman dan perbedaan. Persamaan difusi dan akulturasi adalah masing-masing memiliki kontak.
Tanpa kontak tidak mungkin keduanya dapat
berlangsung.
Adapun perbedaannya yaitu difusi berlangsung
dalam keadaan di mana terjadinya suatu kontak tidak perlu ada secara langsung
dan berkelanjutan. Misalnya difusi menggunakan tembakau yang tersebar di dunia.
Adapun akulturasi memerlukan hubungan dekat, langsung, dan berkesinambungan.
Proses difusi melancarkan perubahan karena
difusi tersebut memperkaya unsur-unsur budaya. Suatu difusi yang meliputi jarak
yang panjang biasanya terjadi melalui suatu rangkaian pertemuan suatu deret
suku-suku bangsa.
2.7 Akulturasi
A.L. Kroeber, mendefinisikan
akulturasi sebagai salah satu bentuk perubahan kebudayaan yang disebabkan
pengaruh dari luar. Pengaruh itu bisa berjalan secara timbal balik atau hanya
satu pihak saja. Suatu akulturasi dapat terjadi apabila di antara keduanya
memiliki hubungan yang sangat erat, serta menunjukkan adanya saling membutuhkan
untuk kemudian dijadikan bagian dari kebudayaan masing-masing.
J.L. Gillin dan J.P. Gillin, menjelaskan bahwa
akulturasi adalah suatu proses di mana masyarakat yang berbeda-beda dalam
kebudayaannya itu mengalami perubahan dengan adanya kontak langsung dan lama,
akan tetapi tidak sampai pada percampuran yang menyeluruh dari dua kebudayaan
tersebut.
Koentjaraningrat, mengatakan bahwa proses
akulturasi itu timbul apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaannya
dihadapkan dengan unsur kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa sehingga
unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan
sendiri, tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan sendiri.
Dari definisi-definisi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua
kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru
tetapi tidak menghilangkan kepribadian atau sifat kebudayaan aslinya.
Akulturasi dapat terwujud melalui kontak
budaya yang bentuknya bermacam-macam, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Kontak budaya bisa terjadi antara seluruh
anggota masyarakat atau sebagian saja, bahkan hanya individu-individu dari dua
masyarakat. Adapun unsur kebudayaan yang dijadikan bahan akulturasi
berbeda-beda bentuknya. Contohnya kontak budaya dalam bidang keagamaan.
b. Kontak budaya dapat berjalan melalui
perdamaian antara dua kelompok masyarakat yang bersahabat, maupun melalui permusuhan
antarkelompok.
c. Kontak budaya dapat timbul di antara
masyarakat yang mempunyai kekuasaan, baik dalam bidang politik maupun ekonomi
pada masyarakat yang dikuasai
d. Kontak kebudayaan antara dua masyarakat dapat
berlangsung dalam kadar keterpengaruhan yang sama besar, maupun berbeda
besarnya. Hal itu disebabkan karena kedua budaya itu mempunyai perbedaan dalam
kekuatannya.
e. Kontak budaya dapat terjadi melalui
aspek-aspek materiil maupun nonmateriil dari suatu kebudayaan yang sederhana
kepada kebudayaan yang lebih kompleks yang satu dengan kebudayaan yang kompleks
lainnya.
2.8 Asimilasi
Menurut
Soerjono Soekanto, asimilasi
merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Suatu asimilasi ditandai dengan adanya usaha-usaha
orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga yang meliputi
usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental
dengan didasarkan pada kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan yang
diinginkan bersama. Apabila orang-orang melakukan asimilasi ke dalam suatu kelompok
manusia atau kelompok masyarakat, maka dia tidak lagi membedakan dirinya dengan
kelompok tersebut.
Asimilasi merupakan proses sosial tingkat
lanjut yang timbul apabila terdapat golongan-golongan manusia yang mempunyai
latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda saling berinteraksi dan bergaul
secara langsung dan intensif dalam waktu yang lama dan kebudayaan-kebudayaan dari
golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas menjadi
unsur-unsur kebudayaan yang baru, yang berbeda dengan aslinya.
Dalam hal ini golongan minoritas mengubah
sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya dan menyesuaikan dengan kebudayaan
dari golongan mayoritas sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan
kepribadian kebudayaannya dan masuk ke kebudayaan golongan mayoritas.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah
terjadinya asimilasi:
a. Toleransi
b. Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang
seimbang.
c. Suatu sikap yang menghargai orang asing dengan
kebudayaannya.
d. Sikap yang terbuka dari golongan yang berkuasa
dalam masyarakat
e. Adanya unsur-unsur kebudayaan yang sama
f. Perkawinan campuran
g. Adanya musuh bersama dari luar.
Faktor-faktor
yang dapat menghambat terjadinya asimilasi antara lain, sebagai
berikut:
a. Kehidupan yang terisolasi
b. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang
dihadapi
c. Perasaan takut terhadap kekuatan suatu
kebudayaan yang dihadapi
d. Perasaan bahwa kebudayaan golongan lain lebih
superior atau sebaliknya lebih inferior
e. Perbedaan warna kulit dan ciri-ciri fisik
f. Adanya In-group feeling
g. Terjadi gangguan dari golongan mayoritas
terhadap golongan minoritas
h. Adanya perbedaan kepentingan dan pertentangan,
baik yang bersifat pribadi maupun golongan.
2.9 Inovasi
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari
penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari tenaga
kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem
produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Proses inovasi sangat erat
kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya
membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu
discovery dan invention.
Discovery adalah suatu penemuan dari suatu
unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru, ide baru, yang
diciptakan oleh individu atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam
masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention apabila
masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.
Faktor-faktor pendorong bagi individu dalam
suatu masyarakat untuk memulai dan mengembangkan
penemuan-penemuan baru antara lain :
a. Kesadaran para individu akan kekurangan dalam
kebudayaan.
b. Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan.
c. Sistem perangsang bagi aktivitas mencpta dalam
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa manusia senantiasa berubah sepanjang
waktu seumur hidupnya. Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut,
lazim kita sebut dengan perubahan sosial. Perubahan sosial adalah
suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur atau tatanan di dalam
masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan
sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Perubahan sosial amat sangat dibutuhkan agar manusia
dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya.
Dalam dinamika sosial terdapat
beberapa konsep mengenai proses perubahan sosial. Diantaranya, internalisasi,
sosialisasi, enkulturasi, cultural evolution, difusi, akulturasi, asimilasi dan
inovasi.
3.2 Saran
Agar
dapat lebih memahami mengenai dinamika masyarakat dan kebudayaan hendaknya
dilakukan penelitian yang lebih rinci karena referensi-referensi mengenai
dinamika masyarakat dan kebudayaan masih sulit untuk didapat padahal dinamika
masyarakat dan kebudayaan ini erat kaitannya dalam kehidupan masyarakat baik
disadari maupun tidak disadari.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho tarli.2014.Ensiklopedi pengetahuan sosial jilid 1.yogyakarta:PT.Pustaka Insan
Media
Koentjaraningrat.2007.Sejarah teori antropologi 2.jakarta:UI
http://definisimu.blogspot.co.id/2012/08/definisi-inovasi.html?m=1
http://ujangsyafeimohamad.blogspot.co.id/2014/06/dinamika-perubahan-sosial.html?m=1
http://khairulazharsaragih.blogspot.co.id/2012/08/sosialisasi-proses-bentuk-media-dan.html?m=1
http://genggaminternet.com/pengertian-perubahan-sosial-menurut-para-ahli/
Komentar
Posting Komentar