Dinamika masyarakat dan budaya

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti akan mengalami perubahan-perubahan walaupun ruang lingkup perubahan tersebut tidak terlalu luas. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Hal tersebut sangat wajar sebab kebudayaan diciptakan dan diajarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri, baik secara perorangan maupun berkelompok. Dari  kenyataan ini, tidak ada satupun kebudayaan  yang bersifat statis.
     Definisi dari dinamika sosial atau perubahan sosial itu sendiri adalah suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur atau tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.
     Dalam dinamika sosial terdapat beberapa konsep mengenai proses perubahan sosial. Diantaranya, internalisasi, sosialisasi, enkulturasi, cultural evolution, difusi, akulturasi, asimilasi dan inovasi.

1.2    Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan perubahan sosial?
Apa yang dimaksud internalisasi?
Apa yang dimaksud sosialisasi?
Apa yang dimaksud enkulturasi?
Apa yang dimaksud cultural evolution?
Apa yang dimaksud difusi?
Apa yang dimaksud akulturasi?
Apa yang dimaksud asimilasi?
Apa yang dimaksud inovasi?

1.3    Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah untuk mengetahui konsepsi-konsepsi  mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan, proses belajar kebudayaan sendiri, proses evolusi sosial, proses difusi, akulturasi dan pembaharuan atau asimilasi dan perubahan atau inovasi.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perubahan Sosial
            Perubahan sosial adalah suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur atau tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.
            Menurut Gillin, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun dengan difusi  atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
            Menurut Emile Durkheim, perubahan sosial dapat terjadi sebagai hasil faktor-faktor ekologis dan demografis yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang terikat soidaritas mekanik, ke dalam masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organik.

2.2 Internalisasi
Menurut Effendi R., internalisasi adalah proses pengembangan potensi yang dimiliki manusia yang dipengaruhi, baik lingkungan internal dalam diri manusia itu maupun  eksternal, yaitu pengaruh dari luar manusia.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat (2003), internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai saat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya, sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk kepribadiannya.
Dapat disimpulkan, proses internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan, sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya
            Contohnya, anak yang baru dilahirkan pasti belum mengenal apa-apa, lalu ketika ia mulai berumur 1 tahun, ia mulai belajar berjalan dan berbicara. Saat berumur 5 tahun, ia mulai belajar bersosialisasi. Saat beranjak remaja, ia mulai mengenal tentang sex. Saat dewasa, ia mulai belajar untuk menjadi orangtua untuk anak-anaknya.



2.3 Sosialisasi
Menurut Charlotte Buchler, sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Menurut Soerjono Soekamto, sosialisasi adalah proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana ia menjadi anggota.
Menurut Robert M.Z. Lawang, sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.
Kesimpulannya adalah, sosialisasi merupakan proses adaptasi setiap individu dengan lingkungan sekitarnya atau dengan keompok-kelompok sosial dimana ia berada. Ia melakukan sosialisasi supaya ia dapat berperan dan berfungsi dengan baik di dalam kelompoknya. Dapat dikatakan juga bahwa sosialisasi merupakan proses dimana seseorang mempelajari pola-pola hidup dalam masyarakat sesuai dengan nilai nilai, norma dan kebiasaan yang berlaku untuk berkembang sebagai anggota masyarakat dan sebagai individu.
Berdasarkan pengertian sosialisasi atau batasan sosialisasi diatas dapat diambil beberapa point penting, yaitu:
1.      Sosialisasi berjalan melalui proses belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya (behavioral patterns of society).
2.      Sosialisasi berjalan bertahap dan berkesinambungan (kontinue), mulai dari sejak individu dilahirkan hingga dia mati.
3.      Sosialisasi berhubungan erat dengan enkulturasi atau proses pembudayaan, yaitu proses belajar dari seorang individu untuk belajar, mengenal, menghayati, dan menyesuaikan alam pikiran serta cara dia bersikap terhadp sistem adat, bahasa, seni, norma, agama dan seluruh peraturan dan pendirian yang ada dalam lingkungan kebudayaan masyarakat



Menurut Effendi, R (2006) syarat terjadinya proses sosialisasi adalah:
1.      Individu harus diberi keterampilan yang dibutuhkan bagi hidupnya kelak di masyarakat.
2.      Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis dan berbicara.
3.      Pengendalian fungsi-fungsi organik harus dipelajari melalui latihan-latihan.
Menurut Bruce J. Cohen, sosialisasi memiliki beberapa tujuan yaitu:
a.       Sosialisasi bertujuan agar tiap individu mendapatkan bekal keterampilan yang kelak nantinya akan dia butuhkan untuk tetap hidup.
b.      Sosialiasi bertujuan agar setiap individu dapat berkomunikasi yang tentu saja dengan efektif sehingga kemampuan membaca, menulis, dan berbicara dapat berkembang.
c.       Sosialisasi bertujuan agar mengendalikan fungsi fungsi organik melalui latihan latihan mawas diri yang tepat
d.      Sosialisasi bertujuan sehingga setiap individu dapat membiasakan dirinya dengan nilai nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.
e.       Membentuk sistem perilaku melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh watak pribadinya, yaitu bagaimana ia memberikan reaksi terhadap suatu pengalaman menuju proses pendewasaan.
2.4 Enkulturasi
Menurut Koentjaraningrat, proses enkulturasi adalah proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat istiadat, sistem norma, dan semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang.
Enkulturasi adalah Proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya selama hidup seseorang individu dimulai dari institusi keluarga terutama tokoh ibu. Individu berkembang dengan ketertarikan terhadap objek lain selain dirinya. Dengan pemahaman situasi yang ditanamkan orang-orang dewasa disekitarnya menurut kebudayaanya tempat individu tersebut tumbuh dewasa --berkembangnya orientasi yang bersifat lebih bersifat ruang , waktu dan normatif.

Ruth Benedict berpendapat bahwa suatu kepribadian dianggap bersifat normal apabila sesuai dengan tipe kepribadian yang dominan, sedangkan tipe kepribadian yang sama jika sesuai dengan tipe kepribadian dominan akan dianggap 'abnormal'.
Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur ditransmisikan dari generasi satu ke generasi selanjutnya. Kita mempelajari budaya, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan dengan gen. Orang tua, teman-teman, lembaga sekolah, dan pemerintahan adalah guru utama di bidang kultur. Dan enkulturasi terjadi melaui mereka.
Sedangkan akulturasi mengacu pada proses dimana kultur diperbaiki dan dimodifikasi melalui kontak ata pemaparan langsung dengan kultur yang lain. Sebagai contoh, apabila ada sekelompok imigran yang kemudiam menetap di Amerika Serikat (kultur tan rumah), maka kultur mereka sendiri akan dipngaruhi oleh kultur Tuan rumah ini. Lama kelamaan, nilai, dan cara berperilaku serta kepercayaan dari kultur tuan rumah ini akan menjadi bagian dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.
Agar budaya terus berkembang, proses adaptasi perlu dilakukan. Paradigma yang berkembang adalah budaya itu dinamis dan merupakan hasil proses belajar. sehingga budaya suatu masyarakat tidak hadir dengan sendirinya. Nah, proses belajar dan mempelajari budaya sendiri dalam masyarakat itu dinamakan Enkulturasi.
Enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat tertentu bergerak dinamis mengikuti perkembangan jaman. Sebaliknya sebuah masyarakat yang cenderung sulit menerima hal hal baru dalam masyarakat sulit mempertahankan budaya lama yang sudah tidak relevan lagi untuk disebut sebagai akulturasi.
Dalam hal ini yang menajadi kata kunci adalah pemrograman kolektif yang menggambarkan suatu proses yang mengikat setiap orang segera setelah ia dilahirkan ke dunia. Semua anggota dalam budaya memiliki asumsi yang serupa tentang bagaimana seseorang berpikir, berperilaku dan berkomunikasi.


2.5 Cultural Evolution
            Evolusi merupakan perubahan sosial budaya secara lambat dan berubah secara perlahan-lahan. Biasanya, hal-hal yang berubah secara perlahan seperti ini terjadi tanpa di sadari dan di rencanakan dengan detail, atau bahkan tanpa ada perencanaan sekali pun.
Contohnya sendiri adalah, permulaan perkembangannya, manusia tersusun dari kelompok-kelompok kecil yang hidup mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Dimana, mereka hanya mengandalkan kekayaan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-harinya. Mulai dari makanan, pakaian, tempat tinggal, serta peralatan.
Tapi, alam tidak sepenuhnya bisa bertahan. Karena ada juga sumber daya alam yang tidak dapat di daur ulang. Tentu hal ini, membuat manusia-manusia pada zaman itu berpikir untuk terus memenuhi kebutuhan hidup mereka.

2.6 Difusi
            Difusi adalah suatu proses penyebaran unsurunsur kebudayaan dari satu kelompok ke kelompok lain atau dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses tersebut manusia mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang dihasilkan.
Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai seluruh umat manusia pada akhirnya. Seluruh umat manusia dapat menikmati kegunaan penemuan baru bagi kemajuan peradaban.
Jenis difusi menurut ruang lingkup terjadinya:
Menurut ruang lingkup terjadinya difusi ada dua, yaitu difusi intra masyarakat dan difusi antar masyarakat. Difusi intra masyarakat, yaitu difusi yang terjadi pada masyarakat itu sendiri. Adapun difusi antar masyarakat, yaitu difusi yang terjadi antarmasyarakat yang satu dan masyarakat lain.
a.       Difusi Intra masyarakat
Difusi intramasyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1.      Suatu pengakuan bahwa unsur baru tersebut mempunyai kegunaan.
2.      Ada tidaknya unsur-unsur yang memengaruhi diterima dan ditolaknya unsur-unsur baru.
3.      Suatu unsur baru yang berlawanan dengan fungsi unsur lama kemungkinan besar tidak akan diterima.
4.      Pemerintah dapat membatasi difusi yang akan diterima.

b.      Difusi Antar masyarakat
Difusi antar masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1.      Adanya kontak dalam masyarakat tersebut.
2.      Kemampuan untuk mendemonstrasikan manfaat baru tersebut.
3.      Pengakuan akan kegunaan penemuan baru tersebut.
4.      Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru di dunia ini.
5.      Paksaan dapat juga digunakan untuk menerima suatu penemuan baru.
Sementara itu, masuknya unsur-unsur baru ke dalam suatu masyarakat melalui difusi dapat dilakukan dengan cara perembesan damai, perembesan dengan kekerasan, dan simbiotik.
a.       Perembesan damai (penetration passifique) adalah masuknya unsur baru ke dalam suatu masyarakat tanpa menggunakan kekerasan dan paksaan. Namun demikian, cara ini justru mengakibatkan masyarakat yang menerima semakin maju.
Contohnya pengenalan internet sebagai alat komunikasi dan informasi yang disambut baik oleh masyarakat.
b.      Perembesan dengan kekerasan (penetration violente) adalah masuknya unsur baru ke dalam suatu masyarakat yang diwarnai dengan penggunaan kekerasan dan paksaan. Contohnya penaklukan bangsa lain melalui penjajahan.
c.       Simbiotik adalah proses masuknya unsur-unsur kebudayaan ke atau dari dalam masyarakat yang hidup berdampingan.

Ada tiga macam proses simbiotik, yaitu mutualistik, komensalistik, dan parasitistik.
1.      Mutualistik adalah simbiose yang saling menguntungkan.
2.      Komensalistik adalah simbiose di mana satu pihak merasa diuntungkan dan pihak lain merasa tidak diuntungkan, namun juga tidak dirugikan.
3.      Parasitistik adalah simbiose di mana satu pihak mendapatkan keuntungan dan pihak lain menderita kerugian.
Difusi dan akulturasi memiliki persaman dan perbedaan. Persamaan difusi dan akulturasi adalah masing-masing memiliki kontak. Tanpa kontak tidak mungkin keduanya dapat berlangsung.
Adapun perbedaannya yaitu difusi berlangsung dalam keadaan di mana terjadinya suatu kontak tidak perlu ada secara langsung dan berkelanjutan. Misalnya difusi menggunakan tembakau yang tersebar di dunia. Adapun akulturasi memerlukan hubungan dekat, langsung, dan berkesinambungan.
Proses difusi melancarkan perubahan karena difusi tersebut memperkaya unsur-unsur budaya. Suatu difusi yang meliputi jarak yang panjang biasanya terjadi melalui suatu rangkaian pertemuan suatu deret suku-suku bangsa.

2.7  Akulturasi
            A.L. Kroeber, mendefinisikan akulturasi sebagai salah satu bentuk perubahan kebudayaan yang disebabkan pengaruh dari luar. Pengaruh itu bisa berjalan secara timbal balik atau hanya satu pihak saja. Suatu akulturasi dapat terjadi apabila di antara keduanya memiliki hubungan yang sangat erat, serta menunjukkan adanya saling membutuhkan untuk kemudian dijadikan bagian dari kebudayaan masing-masing.
J.L. Gillin dan J.P. Gillin, menjelaskan bahwa akulturasi adalah suatu proses di mana masyarakat yang berbeda-beda dalam kebudayaannya itu mengalami perubahan dengan adanya kontak langsung dan lama, akan tetapi tidak sampai pada percampuran yang menyeluruh dari dua kebudayaan tersebut.
Koentjaraningrat, mengatakan bahwa proses akulturasi itu timbul apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaannya dihadapkan dengan unsur kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan sendiri.
            Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian atau sifat kebudayaan aslinya.
            Akulturasi dapat terwujud melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam, di antaranya adalah sebagai berikut:
a.       Kontak budaya bisa terjadi antara seluruh anggota masyarakat atau sebagian saja, bahkan hanya individu-individu dari dua masyarakat. Adapun unsur kebudayaan yang dijadikan bahan akulturasi berbeda-beda bentuknya. Contohnya kontak budaya dalam bidang keagamaan.
b.      Kontak budaya dapat berjalan melalui perdamaian antara dua kelompok masyarakat yang bersahabat, maupun melalui permusuhan antarkelompok.
c.       Kontak budaya dapat timbul di antara masyarakat yang mempunyai kekuasaan, baik dalam bidang politik maupun ekonomi pada masyarakat yang dikuasai
d.      Kontak kebudayaan antara dua masyarakat dapat berlangsung dalam kadar keterpengaruhan yang sama besar, maupun berbeda besarnya. Hal itu disebabkan karena kedua budaya itu mempunyai perbedaan dalam kekuatannya.
e.       Kontak budaya dapat terjadi melalui aspek-aspek materiil maupun nonmateriil dari suatu kebudayaan yang sederhana kepada kebudayaan yang lebih kompleks yang satu dengan kebudayaan yang kompleks lainnya.


2.8  Asimilasi
Menurut Soerjono Soekanto, asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Suatu asimilasi ditandai dengan adanya usaha-usaha orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga yang meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan didasarkan pada kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan yang diinginkan bersama. Apabila orang-orang melakukan asimilasi ke dalam suatu kelompok manusia atau kelompok masyarakat, maka dia tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok tersebut.
Asimilasi merupakan proses sosial tingkat lanjut yang timbul apabila terdapat golongan-golongan manusia yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda saling berinteraksi dan bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang lama dan kebudayaan-kebudayaan dari golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas menjadi unsur-unsur kebudayaan yang baru, yang berbeda dengan aslinya.
Dalam hal ini golongan minoritas mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya dan menyesuaikan dengan kebudayaan dari golongan mayoritas sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kepribadian kebudayaannya dan masuk ke kebudayaan golongan mayoritas.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi:
a.       Toleransi
b.      Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang.
c.       Suatu sikap yang menghargai orang asing dengan kebudayaannya.
d.      Sikap yang terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
e.       Adanya unsur-unsur kebudayaan yang sama
f.       Perkawinan campuran
g.      Adanya musuh bersama dari luar.

Faktor-faktor yang dapat menghambat terjadinya asimilasi antara lain, sebagai berikut:

a.       Kehidupan yang terisolasi
b.      Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi
c.       Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
d.      Perasaan bahwa kebudayaan golongan lain lebih superior atau sebaliknya lebih inferior
e.       Perbedaan warna kulit dan ciri-ciri fisik
f.       Adanya In-group feeling
g.      Terjadi gangguan dari golongan mayoritas terhadap golongan minoritas
h.      Adanya perbedaan kepentingan dan pertentangan, baik yang bersifat pribadi maupun golongan.

2.9  Inovasi
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Proses inovasi sangat erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu discovery dan invention.
Discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru, ide baru, yang diciptakan oleh individu atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.
Faktor-faktor pendorong bagi individu dalam suatu masyarakat untuk memulai dan mengembangkan penemuan-penemuan baru antara lain :
a.       Kesadaran para individu akan kekurangan dalam kebudayaan.
b.      Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan.
c.       Sistem perangsang bagi aktivitas mencpta dalam masyarakat.





BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa manusia senantiasa berubah sepanjang waktu seumur hidupnya. Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut, lazim kita sebut dengan perubahan sosial. Perubahan sosial adalah suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur atau tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Perubahan sosial amat sangat dibutuhkan agar manusia dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya.
Dalam dinamika sosial terdapat beberapa konsep mengenai proses perubahan sosial. Diantaranya, internalisasi, sosialisasi, enkulturasi, cultural evolution, difusi, akulturasi, asimilasi dan inovasi.

3.2 Saran
Agar dapat lebih memahami mengenai dinamika masyarakat dan kebudayaan hendaknya dilakukan penelitian yang lebih rinci karena referensi-referensi mengenai dinamika masyarakat dan kebudayaan masih sulit untuk didapat padahal dinamika masyarakat dan kebudayaan ini erat kaitannya dalam kehidupan masyarakat baik disadari maupun tidak disadari.


DAFTAR PUSTAKA

Nugroho tarli.2014.Ensiklopedi pengetahuan sosial jilid 1.yogyakarta:PT.Pustaka Insan Media
Koentjaraningrat.2007.Sejarah teori antropologi 2.jakarta:UI
http://definisimu.blogspot.co.id/2012/08/definisi-inovasi.html?m=1
http://ujangsyafeimohamad.blogspot.co.id/2014/06/dinamika-perubahan-sosial.html?m=1
http://khairulazharsaragih.blogspot.co.id/2012/08/sosialisasi-proses-bentuk-media-dan.html?m=1
http://genggaminternet.com/pengertian-perubahan-sosial-menurut-para-ahli/



Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ANAK TUNANETRA

NILAI RUJUKAN KURIKULUM

SIMULASI MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DAN KREATIF