#Renungan (Bagaimanakah Asal-Usul Kehidupan?)

Bila kita berbicara Kehidupan, ini sangatlah kompleks karena “sebuah” kehidupan tidak tercipta satu, dua, atau enam hari tapi butuh proses Milyaran Tahun, ataupun berbicara tentang asal usul dari manusia, bila mau belajar evolusi, pertanyaan “siapa” ini agaknya kurang relevan. Karena sekali lagi, dalam sains, pertanyaan siapa dalam metodenya kurang reliable dan ya ini gak relevan banget. Kalau kita ganti dengan ” Bagaimana” ? Well, mari kita telusuri.
Bumi yang penuh kehidupan sekarang ini awalnya hanya berisi batuan cair yang membara panas, seperti lava gunung berapi yang menyembur dan mengalir deras membakar semua yang dilewatinya. 

Kondisi ini terus berlangsung dalam waktu yang sangat lama, sampai akhirnya cukup banyak kalor yang terlepas ke udara dan suhu permukaan bumi mendingin. Terbentuklah daratan dan lautan yang berasal dari terpisahnya unsur padat, cair, dan angkasa yang masih diisi oleh atmosfir primitif. Atmosfir primitif bumi saat itu dipenuhi gas beracun akibat ketidak-mampuannya untuk menyaring sinar UV matahari. Ini terus berlangsung sampai sekitar milyaran tahun yang lalu.
“Lalu di mana kehidupannya?”, tanya seseorang. Kehidupan muncul sekitar kurang lebih 2-3 milyar tahun yang lalu, dan bukan dari tanah yang tiba-tiba tertiup udara dan bernafas, namun dari laut. 
Semua kehidupan di permukaan darat akan habis tersiksa oleh sengatan matahari yang dahsyat dan udara yang tipis akan kandungan oksigen karena kondisi atmosfir yang tidak mendukung. Jarak permukaan sampai ke dasar laut sangatlah dalam, dan laut berfungsi sebagai tabir surya di masa awal mula kehidupan.  Panas bumi dan cahaya matahari, keduanya merupakan faktor penting tercampur-aduknya “sop” purba dalam reaksi kimia yang menghasilkan organisme hidup perdana. 
Asam amino adalah bahan dasarnya dan reaksi yang mengaktifkan terbentuknya organisme purba ini akhirnya membuatnya mengembangkan kemampuan menyerap energi dan berkembang biak. Bakteri yang menjadi nenek moyang seluruh kehidupan di bumi memanfaatkan energi cahaya matahari.  Mereka berwarna ungu, dan berkembang biak, menyebar dan memenuhi seluruh lautan. Bayangkan bumi terlihat ungu dari luar angkasa, tidak seperti sekarang bercahaya biru. Hanya sebagian cahaya matahari yang dipakai oleh bakteri primitif ini, sisanya masuk ke laut yang lebih dalam. 
Bakteri yang berkembang berikutnya memanfaatkan spektrum cahaya tersisa, yang menjadikan mereka berwarna hijau. Mereka dikenal sebagai Cynobacteria, mikroba hijau inilah yang kemudian menjadi nenek moyang seluruh spesies tumbuhan di dalam Kingdom Plantae. Cynobacteria memiliki kemampuan yang tidak dimiliki makhluk lain, fotosintesis. Dengan memanfaatkan energi dari cahaya matahari, mereka memisahkan air menjadi hidrogen dan oksigen. 
Hidrogen dipakai untuk bereaksi dengan karbondioksida menjadi gula, dan oksigen dilepaskan ke udara, mengisi atmosfir, dan akhirnya bereaksi membentuk Ozon. Ozon inilah yang menjadikan atmosfir bumi mampu menyaring sinar UV matahari. Sisa oksigen yang berlimpah bermanfaat untuk respirasi tumbuhan, dan dengan kondisi yang ramah kehidupan ini, makhluk lain yang memanfaatkan oksigen untuk mencerna makanan ikut mengalami ledakan populasi dan berevolusi. Ilmuwan menyebut kejadian ini sebagai Oksidasi Besar, yaitu kejadian di mana reaksi pembentukan oksigen yang memenuhi atmosfir primitif, menjadikannya kaya akan oksigen (O2) dan akhirnya membentuk ozon yang menahan terjangan sinar matahari dan menstabilkan atmosfir sehingga mendukung kehidupan.

Jadi setelah adanya kehidupan, siapa manusia yang tercipta pertama ?
Sekali lagi, ada tiga kata yang invalid pada pertanyaan di atas bila kita melihat dari sisi sains. Ada kata; Siapa, tercipta, dan bila kita melihat dari segi evolusi tidak ada kata “pertama” untuk suatu spesies, karena ya semuanya merupakan sebuah proses gradual yang terjadi secara acak dan tidak bisa kita menebak, siapakah yg pertama? Atau bahkan menerka dua insan manusia yang saling bercinta? ya, ini absurd.
Tiga kata ini agaknya kurang reliable karena memang ketiganya tidak memiliki sebuah objektivitas sama sekali, akan sangat absurd bila kita menggunakan metode sains dan bertanya dengan tiga kata tersebut. Kalau kita ganti pertanyaanya menjadi “Bagaimana Homo Sapiens bisa ada?”, agaknya lebih polos, menantang dan ya kita bisa melihat dari perspektif yang berbeda.
Kita, Kelompok Homo Sapiens telah ada sejak 200 ribu tahun yang lalu. Masih sangat sangat muda dan bisa dibilang seorang bayi bila dibandingkan dengan umur Bumi yang milyaran tahun, apalagi dibandingkan usia Alam Semesta.
Ya! Ini semua tentunya dengan bukti bukti yang sudah dikaji dengan berbagai penelitian dan ini merupakan hal yang sangat rumit, butuh usaha puluhan bahkan ratusan tahun dengan berbagai eksperimen serta proses falsifikasi dan berbagai metode lainnya, tentunya hal ini bisa kalian coba untuk mengujinya ulang agar mendapatkan kebenaran, jika dalam pengkajian ulang kalian tersebut mendapatkan suatu hal yang kontradiktif tentunya kalian semua bisa “protes” terhadap penemuan ini dan mendapatkan Nobel sebagai “Pemecah teori evolusi” atau ” Pembaharu” teori ini, jangan berkata ini sudah dibuktikan salah oleh Zakir Naik (orang yang mengatakan Homo Sapiens sudah punah) atau Harun Yahya (yang mengkaji hal ini tidak menggunakan metode saintifik, dan doi bukan saintis btw) karena perkataan mereka sudah di debunk berkali kali oleh saintis.
Kembali ke pertanyaan, bagaimana bisa ada kelompok Homo Sapiens pertama kali pada 200 ribu tahun yang lalu, jadi darimana sajakah mereka?
Jawabanya adalah kita sudah ter”spesiasi” sedemikian rupa dari nenek moyang kita terdahulu. Apa itu spesiasi? Pada kasus ini, simpelnya merupakan proses terjadinya spesies baru yang sudah berbeda dari spesies moyangnya terdahulu.
Proses berubahnya mahluk hidup terjadi karena adanya mutasi gen yang terwariskan. Mutasi atau perubahan ini biasanya tidak besar dan drastis atau tiba-tiba dan sekaligus, tetapi kecil-kecil dan berangsur-angsur inilah yang saya maksud di atas, secara gradual. Setelah sekian lama, dalam jutaan tahun, sekelompok organisme yang membawa akumulasi perubahan kecil-kecil itu telah menghasilkan organisme yang signifikan perbedaannya. Sedemikian berbedanya sehingga tidak bisa lagi menghasilkan keturunan fertil dengan spesies ‘asal-usul’ atau spesies ‘baru’ lainnya yang berevolusi bersama dari nenek-moyang yang sama tetapi berevolusi menuju ke arah yang lain.
Bila kita melihat ke arah yg lebih jauh lagi, kita semua adalah keturunan Nakalipithecus yang hidup 16 juta tahun yang lalu. Nah, dari spesies itulah saudara saudara kita ada, jadi dari spesies ini ada yg berevolusi menjadi gorila, simpanse, bonobo,dan lain-lain, sementara yang lainnya menurunkan genus Homo. Spesies tertua dari genus Homo, yang sejauh ini sudah dibuktikan dan dipelajari fosilnya adalah Homo habilis yang hidup kurang lebih 2,5 juta tahun yang lalu. Genus homo ini juga terus berevolusi dan mengalami proses spesiasi menjadi spesies-spesies Homo lainnya. Dalam genus Homo tersebut, spesies Homo erectus yang ada kurang lebih 1,8- 1,3 Juta tahun yang lalu kemudian menurunkan Homo sapiens, yang kurang lebih kira-kira 200.000 tahun yang lalu. Dari sinilah cikal, bakal kita sebagai manusia.
Jadi tidak ada Manusia Pertama, atau Laki laki dan perempuan yang “tercipta” pertama dalam sains, yang ada adalah kelompok Homo Sapiens pertama yang sudah berspesiasi beratus ratus bahkan jutaan tahun, dan memiliki perbedaan yang signifikan dengan homo erectus. Ini sekaligus menjawab miskonsepsi bahwa “manusia dari kera” itu merupakan asumsi yang tidak tepat dan tentunya terkesan “dangkal” bukan ? Tepatnya manusia bukan dari Kera, tapi kita dan Kera memiliki nenek moyang yang sama. Seperti kamu tidak berasal dari sepupumu, tapi kalian berasal dari nenek dan kakek yang sama. Membutuhkan waktu yang lama untuk hal itu, kan?

Resedivis_ @ Perspektif
All Rights Reserved
Sumber tulisan: https://perspektifofficial.com/2016/08/14/bagaimana-asal-usul-kehidupan-siapakah-manusia-pertama/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ANAK TUNANETRA

NILAI RUJUKAN KURIKULUM

SIMULASI MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DAN KREATIF