FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KETERLAMBATAN BAHASA PADA ABK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bahasa adalah hal yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia, bahasa adalah bekal seseorang untuk dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain, bahasa memiliki beberapa ragam, yaitu ada bahasa verbal yang biasanya berkaitan dengan pengucapan atau suara atau bahasa dengan menggunakan alat bagian mulut, ada juga bahasa non verbal yaitu bahasa tubuh atau bahasa isyarat lainnya, dalam anak berkebutuhan khusus bahasa juga penting untuk diiliki oleh setiap anak, dari sejak dini sebaiknya kemampuan berbahasa sudah di latih dan di ajarkan kepada anak berkebutuhan khusus,  sebagai bekal ia dikemudian hari.
 Karakteristik setiap anak tidak sama  sehingga dengan mempelajari pemerolehan dan perkembangan bahasa anak, guru dapat mengatasi perbedaan perkembangan bahasa pada siswanya. Anak  berkebutuhan khusus yang masih dini biasanya memiliki beberapa permasalah bahasa, baik itu segi kosa kata ataupun pengucapan, guru harus jeli melihat kebutuhan anak dan memberikan pelayanan yang baik kepada anak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, oleh sebab itu di sini penulis akan sedikit menjelaskan tentang faktor apa saja yang mempengaruhi keterlambatan bahasa pada anak berkebutuhan khusus.

1.2  Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami mempunyai beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1.      Apa saja faktor – faktor penyebab keterlambatan bahasa pada anak abk ?
2.      Masalah yang di akibatkan dari keterlambatan bahasa ?


 1.3. Batasan Masalah
 Adapun batasan masalah yang kami buat dalam makalah ini yaitu hanya sebatas faktor penyebab terjadinya keterlambatan bahasa pada ABK.

 1.4. Tujuan
Beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1.      Mengetahui apa saja Faktor penyebab terjadinya keterlambatan bahasa.
2.      Mengetahui masalah apa saja yang di akibatkan dari keterlambatan bahasa.


BAB II
LANDASAN TEORI
2.2.Pengertian Bahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:88). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik dan sopan santun yang baik. Bahasa adalah alat komunikasi agar terjadinya interaksi antar individu atau kelompok.
Menurut Pluto “Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut
Menurut BLOCH & TRAGERBahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama
Menurut SudaryonoBahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman
Maka dari beberapa ahli di atas kami dapat menyimpulkan bahwa bahasa adalah alat yang di gunakan individu untuk saling berkomunikasi satu sama lain baik antara 2 orang maupun lebih. Bahasa memiliki beberapa makna dan pengartian yang berbeda tergantung dari kebutuhan dan maksud yang di gunakannya seperti menurut para ahli.

2.3. Pola Perkembangan Bahasa Anak
Anak dikatakan siap atau matang berbicara dan belajar bahasa apabila aspek motorik bicara (koordinasi otot bicara) dan aspek mental bicara (kemampuan berpikir) anak sudah mulai berfungsi dengan baik. Pada saat anak mulai masuk sekolah merupakan masa yang paling baik untuk belajar bahasa. Anak selalu bertanya mengenai segala yang dilihat dan ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Anak mulai membangun kosakata yang biasanya merupakan kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata merangkai/pengganti dari apa saja yang dijumpai anak dalam kehidupan sehari-hari khususnya mengenai warna, waktu, uang, dan kata popular yang digunakan kelompok anak atau teman sebaya. Selanjutnya perkembangan bahasa dengan pembentukan kalimat, dimulai dengan kalimat sederhana menjadi kalimat lengkap.
Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan berbicara atau berbahasa anak semakin baik.
Tahapan-tahapan Umum Perkembangan Kemampuan Berbahasa Seorang Anak, Yaitu:
·         Babling
Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi

·         Lalling
Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….”

·        Echolalia
      Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang di dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu.
·        True Speech
      Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa

  
BAB III
PEMBAHASAN

3.1.       Pengertian Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang digunakannya juga sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain, meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan cara  belajar bahasa awal. Bayi bersuara, ‘mm  mmm’, ibunya tersenyum mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi ‘maem-maem’. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya membetulkan dan memperjelas.
 Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia enam sampai tujuh tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi  perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain.

3.2.       Penyebab Terjadinya Hambatan Pada Perkembangan Bahasa. Perkembngan Bicara, Hambatan Suara Irama
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada anak sekolah.
Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak, Gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk membaik.
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya merupakan ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama setelah usia 2 tahun akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses fungsional maka gangguan tersebut haruis lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan.
Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut Bila keterlambatan bicara tersebut nonfungsional maka harus cepat dilakukan stimulasi dan intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut. Deteksi dini keterlambatan bicara harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut. Sehingga dalam deteksi dini tersebut harus bisa mengenali apakah keterlambatan bicara anak kita merupakan sesuatu yang fungsional atau yang nonfungsional.

3.3.       Faktor Resiko Terjadinya Keterlambatan Bahasa
Bayi dengan beberapa faktor resiko harus lebih diwaspadai dan dilakukan deteksi dini lebih cermat. Faktor resiko yang harus diwaspadai adalah :
1.    Bayi prematur terutama dengan kompolikasi sepsis, pendarahan otak dan komplikasi lainnya
2.    Bayi berat badan lahir rendah
3.    Bayi dengan riwayat sering muntah (GER, diserta riwayat alergi dan hipersensitifitas makanan.
4.    Bayi saat paska kelahiran dirawat di NICU dengan kuning sangat tinggi, terapi tranfusi tukar, gangguan kejang, peradarahan otak, lahir tidak menangis (asfiksia), harus lebih diwaspadai beresiko mengalami gangguan keterlambatan bicara
5.    Saudara mengalami gangguan pendengaran
6.    Infeksi kehamilan TORCH pada ibu hamil
Secara umum jenis dan penyebab keterlambatan bicara pada anak dibedakan menjadi 2 yaitu :

1.    Keterlambatan bicara ringan dan tidak berbahaya sering disebut keterlambatan bicara fungsional).
Keterlambatan bicara ini biasanya disebabkan karena keterlambatan gangguan koordinasi oral motor atau gerakan mulut atau ketidakmatangan fungsi organ otak tetapi tanpa disebabkan karena kelainan di otak.
Untuk memastikan status keterlambatan fungsional harus dengan cermat menyingkirkan gejala keterlambatan nonfungsional.
Gejala umum keterlambatan bicara nonfungsional adalah adanya gangguan bahasa reseptif, gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan keterlambatan perkembangan.

2.    Keterlambatan bicara organik atau nonfungsional
Keterlambatan ini adalah keterlambatan bicara yang disebabkan karena gangguan organ tubuh terutama adanya kelainan di otak. Dicurigai keterlambatan bicara nonfungsional bila disertai :
a.    Kelainan neurologis bawaan atau didapat seperti wajah dismorfik, perawakan pendek, mikrosefali, makrosefali, tumor otak, kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan anatomis telinga, gangguan mata, cerebral palsi dan gangguan neurologis lainnya.
b.    Gangguan pendengaran (bila anak dapat mengikuti perintah, dapat bergoyang saat mendengarkan lagu, dan dapat bersenandung lagu biasanya bukan gangguan pendengaran tidak perlu harus tes BERA (tes gangguan pendengaran). tetapi bila tidak terdapat gangguan tersebut maka perlu diilakukan tes BERA.
c.    Gangguan kecerdasan : (bila dapat mengikuti perintah ringan, dapat melakukan gerakan dada, jabat tangan dan respon non verbal bnaik biasanaya bukan gangguan kecerdasan)
d.   Autis (bila kontak mata atau pandangan mata bisa melihat lawan bicara lama dan baik baik biasanya bukan gangguan autis.
e.    Ciri lain keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan yang berat.
Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran.
Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oral-motor dalam fungsinya untuk bicara dan makan. Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf sampai beberapa huruf. Sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf itu sehingga menimbulkan kesan bahwa bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas suara. Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata­kata atau kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata­kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (contohnya kejang).
 Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.

3.4.       Faktor Penyebab Terjaidnya Keterlambatan Bahasa
Pemerolehan bahasa adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa anak dimulai dari lingkungannya terutama lingkungan keluarga, yang biasa disebut pemerolehan bahasa pertama yang terjadi dalam kehidupan awal anak. Anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa pada umumnya menggunakan 4strategi, yaitu imitasi, produktivitas, umpan balik dan prinsip operasi.Sedangkan pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa ibu (bahasa pertama). Setiap anak mempunyai language acquisition device (LAD), yaitu kemampuan alamiah anak untuk berbahasa.
Tahun-tahun awal masa anak-anak merupakan periode yang penting untuk belajar bahasa (critical-period).Jika pengenalan bahasa tidak terjadi sebelum masa remaja, maka ketidak mampuan dalam menggunakan tata bahasa yang baik akan dialami seumur hidup apabila tidak di lakukan penanganan dengan baik, situasi ini biasanya di sebut dengan keterlambatan bahasa beberapa pengaruh lain juga dapat di timbulkan dari berbagai faktor yaitu di antaranya faktor eksternal dan faktor internal. Beberapa faktor yang dapat kami paparkan yaitu adalah sebagai berikut :
1.    Hambatan pendengaran 
Pada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran berkaitan dengan keterlambatan bicara. Jika si anak mengalami kesulitan pendengaran, maka dia akan mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan menggunakan bahasa. Salah satu penyebab gangguan pendengaran anak adalah karena adanya infeksi telinga, atau kerusakan lainnya sehingga anak tidak dapat menggunakan telinga sebagaimana fungsinya.

2.    Hambatan perkembangan pada otak yang menguasai kemampuan oral-motor.
Ada kasus keterlambatan bicara yang disebabkan adanya masalah pada area oral-motor di otak sehingga kondisi ini menyebabkan terjadinya ketidak efisienan hubungan di daerah otak yang bertanggung jawab menghasilkan bicara. Akibatnya, si anak mengalami kesulitan menggunakan bibir, lidah bahkan rahangnya untuk menghasilkan bunyi kata tertentu.

3.    Masalah keturunan 
Masalah keturunan sejauh ini belum banyak diteliti korelasinya dengan etiologi dari hambatan pendengaran. Namun, sejumlah fakta menunjukkan pula bahwa pada beberapa kasus di mana seorang anak anak mengalami keterlambatan bicara, ditemukan adanya kasus serupa pada generasi sebelumnya atau pada keluarganya. Dengan demikian kesimpulan sementara hanya menunjukkan adanya kemungkinan masalah keturunan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi.


4.    Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan orang tua 
Masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua tanpa disadari memiliki peran yang penting dalam membuat anak mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa yang tinggi. Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan si anak lah yang juga membuat anak tidak punya banyak perbendaharaan kata-kata, kurang dipacu untuk berpikir logis, analisa atau membuat kesimpulan dari kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekali pun. Sering orang tua malas mengajak anaknya bicara panjang lebar dan hanya bicara satu dua patah kata saja yang isinya instruksi atau jawaban sangat singkat. Selain itu, anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri sejak dini (lebih banyak menjadi pendengar pasif) karena orang tua terlalu memaksakan dan “memasukkan” segala instruksi, pandangan mereka sendiri atau keinginan mereka sendiri tanpa memberi kesempatan pada anaknya untuk memberi umpan balik, juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara, menggunakan kalimat dan berbahasa.

5.    Faktor Televisi 
Anak batita yang banyak nonton TV cenderung akan menjadi pendengar pasif, hanya menerima tanpa harus mencerna dan memproses informasi yang masuk. Belum lagi suguhan yang ditayangkan berisi adegan-adegan yang seringkali tidak dimengerti oleh anak dan bahkan sebenarnya traumatis (karena menyaksikan adegan perkelahian, kekerasan, seksual, atau pun acara yang tidak disangka memberi kesan yang mendalam karena egosentrisme yang kuat pada anak dan karena kemampuan kognitif yang masih belum berkembang). Akibatnya, dalam jangka waktu tertentu yang mana seharusnya otak mendapat banyak stimulasi dari lingkungan/orang tua untuk kemudian memberikan feedback kembali, namun karena yang lebih banyak memberikan stimulasi adalah televisi (yang tidak membutuhkan respon apa-apa dari penontonnya), maka sel-sel otak yang mengurusi masalah bahasa dan bicara akan terhambat perkembangannya.
6.    Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat, sebab perkembangan aspek aspek motorik dan aspek mental berbicaranya lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar berbicara.

7.    Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih baik dan memiliki penguasaan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berpikir.

8.    Keluarga
Semakin banyak jumlah anggota keluarga akan semakin sering anak mendengar dan berbicara. Demikian pula anak pertama lebih baik perkembangan berbicaranya karena orang tua lebih banyak memiliki waktu untuk berbicara dan berbahasa.

9.         Keinginan dan Dorongan Komunikasi
Semakin kuat keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi dengan orang lain terutama teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha anak untuk berbicara dan berbahasa.

10.     Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dan memiliki kepribadian yang baik cenderung memiliki kemampuan bicara dan berbahasa lebih baik daripada anak yang mengalami masalah dalam penyesuaian

3.5.   Pengaruh Terhambatnya Perkembangan Bahasa Pada Kehidupan Emosional, Sosial, Komunikasi Dan Akademik
Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya itu dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan. Emosi anak tunarungu selalu bergolak disatu pihak karena kemiskina bahasanya dan pihak lain karena pengaruh dari liuar yang diterimanya. Anak tunarungu bila ditegur oleh orang yang tidak dikenalnya akan tampak resah dan gelisah.
Manusia sebagai makhluk sosial selalu memerlukan kebersamaan dengan orang lain. Demikian  pula anak tunarungu, ia tidak terlepas dari kebutuhan tersebut. Akan tetapi karena mereka memiliki kelainan dalam segi fisik, biasanya akan menyebabkan suatu kelainan dalam segi fisik, biasanya akan menyebabkan suatu kelainan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Pada umumnya lingkungan melihat mereka sebagai individu yang memiliki kekurangan dan menilainya sebagai seseorang yang kurang berkarya. Dengan penilaian lingkungan yang demikian, anak tunarungu merasa benar-benar kurang berharga. Dengan demikian dari penilaian yang demikian juga memberikan pengaruh yang benar-benar besar terhadap perkembangan fungsi social. Anak tunarungu banyak dihinggapi kecemasan karena menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya, hal seperti ini akan membingungkan anak tunarungu. Anak tunarungu sering mengalami berbagai konflik, kebingungan, dan ketakutan karena ia sebenarnya hidup dalam lingkungan yang bermacam-macan.
Hubungan social banyak ditentukan oleh komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Kesulitan komunikasi tidak bisa dihindari. Namun bagi anak tunarungu tidaklah demikian karena anak ini mengalami hambatan dalam berbicara. Kemiskinan bahasa membuat dia tidak mampu terlibat secara baik dalam situasi sosialnya. Sebaliknya, orang lain akan sulit memahami perasaan dan pikirannya.
Masalah-masalah artikulasi bisa dikaitkan dengan masalah artikulasi fungsional, faktor-faktor lingkungan dan masalah organik. Faktor-faktor yang memengaruhi ujaran dan perkembangan bahasa yaitu perkembangan fisik dan mental anak serta lingkungan rumah mereka. Langit-langit mulut yang terbelah (sumbing), gangguan pendengaran, fungsi kognitif yang rendah, dan apraxia merupakan beberapa gangguan fisik dan mental yang bisa berpengaruh terhadap perkembangan bicara anak.
Masalah artikulasi fungsional adalah ketidakmampuan untuk menghasilkan semua bunyi standar dalam sebuah bahasa. Meskipun demikian, tidak ada penyebab pasti terkait kesulitan ini. Dengan kata lain, anak-anak yang mengalami masalah artikulasi fungsional memiliki prepsi pendengaran dan kemampuan intelektual yang baik, dan tidak ada tanda mengenai abnomalitas, struktural, atau masalah diotak.



BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat kami ambil yaitu faktor penyebab terjadinya keterlambatan bicara pada anak begitupun anak berkebutuhan khusus,  yaitu bergantung pada faktor keluarga, karna keluarga adalah hal yang paling penting dan dekat dengan kehidupan sehari – hari anak, keluarga adalah awal dari seorang anak belajar mengenal bahasa. Keluarga yang memiliki komunikasi yang baik akan melahirkan anak yang memiliki komunikasi yang baik pula, keluarga yang kurang berkomunikasi karena berbagai hal lebih memiliki resiko besar melahirkan anak yang memiliki keterlambatan bahasa.

4.2. Saran
Beberapa saran yang dapat kami sampaikan sebagai penulis yaitu :
·         Saran bagi para guru, sebaiknya dapat memahami lebih mengenali perkembangan dan kemampuan bahasa yang di miliki oleh siswa agar dalam pembelajaran di harapkan tidak ada kesalahan atau ketidak pahaman yang di alami anak karena keterlambatan bahasa yang tidak di ketahui oleh guru.
·    Saran Sebagai calon pendidik atau mahasiswa, diharapkan benar-benar memahami materi pemerolehan dan perkembangan bahasa anak. Karena materi ini akan memberikan wawasan kepada mahasiswa tentan bagaimana sesungguhnya cara anak-anak belajar bahasa dan sejak kapan anak anak mulai belajar bahasa dan seperti apa itu keterlambatan bahasa bagaimana cara mengatasinya terutama pada abk. Pemahaman yang baik mengenai hal itu, tentu akan memudahkan mahasiswa untuk menciptakan suasana pembelajaran dengan situasi, kebiasaan, dan strategi belajar yang baik untuk perkembangan anak.
·     Saran untuk keluarga sebaiknya pada masa – masa dini anak, lebih memperhatikan lingkungan keluarga adalah lingkungan terpenting akan tumbuh kembang anak.

Mungkin hanya sekian saran yang dapat kami buat dalam pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis mohon maaf apabila ada kesalahan atau kekurangan dari pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis pun meminta sekiranya saran dan keritik yang membagun dari para pembaca untuk meperbaiki makalah kami ini, terakhir wassalamualaikum wr.wb.


DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/anak_berkebutuhan_khusus diakses pada hari rabu, 21 september 2016 pukul 16 : 25 WIB
Doughetry,Dorothy P.2014/Ajari Aku Mengucapkannya Dengan Benar.Yogyakarta:PustakaPelajar
http://nanaplb11.blogspot.co.id./2013/02/faktor-penyebab-terjadinya-hambatan.html diakses pada hari kamis, 22 september 2016 pukul 09:00 WIB
http://mmifadlah22.blogspot.co.id/2012/11/makalah-perkembangan-bahasa-anak.html  di akses pada hari kamis, 21 september 2016 pukul 10:21 WIB


Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ANAK TUNANETRA

NILAI RUJUKAN KURIKULUM

SIMULASI MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DAN KREATIF